REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Presiden China Xi Jinping mengatakan, konflik di Ukraina telah membunyikan alarm bagi kemanusiaan, Rabu (22/6/2022). Posisi Beijing dalam perang tersebut memilih dalam posisi netral sambil mendukung sekutunya Moskow.
"Krisis Ukraina kembali membunyikan alarm bagi umat manusia. Negara-negara pasti akan berakhir dalam kesulitan keamanan jika mereka menaruh kepercayaan buta pada posisi kekuatan mereka, memperluas aliansi militer, dan mencari keselamatan mereka sendiri dengan mengorbankan orang lain,” kata kantor berita resmi pemerintah China, Xinhua, mengutip pernyataan Xi saat berbicara pada pembukaan forum bisnis virtual negara-negara Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan (BRICS)
China telah menolak untuk mengkritik perang di Ukraina dan tidak menyebutnya sebagai invasi. China pun mengutuk sanksi yang dipimpin Amerika Serikat terhadap Rusia dan menuduh Barat memprovokasi Rusia.
Dalam komentar lain, Xi mengatakan, menjatuhkan sanksi dapat bertindak sebagai bumerang dan pedang bermata dua. Dia menegaskan, komunitas global akan menderita karena mempolitisasi, mekanisasi, dan mempersenjatai tren ekonomi global dan arus keuangan.
Xi juga mengatakan, China akan berusaha untuk mengurangi kerusakan pada rantai pasokan internasional yang disebabkan oleh pandemi Covid-19. Kebijakan luar negeri China yang semakin tegas dan dorongan untuk mendominasi pasar global telah memicu reaksi balik di AS, Eropa, dan di tempat lain, termasuk seruan untuk mengganti pemasok China dan mengurangi ketergantungan pada ekonomi China.
Tapi, Xi menyerukan negara-negara untuk bekerja sama dalam masalah seperti itu. Dia mengatakan, upaya untuk membangun halaman kecil dengan tembok tinggi tidak akan mendukung kepentingan siapa pun.
“Globalisasi ekonomi adalah persyaratan objektif untuk pengembangan kekuatan produktif dan tren sejarah yang tak tertahankan,” kata Xi.
“Mundur dalam sejarah dan mencoba menghalangi jalan orang lain hanya akan menghalangi jalan Anda sendiri pada akhirnya,” katanya.