Senin 27 Jun 2022 07:39 WIB

Rusia Tingkatkan Serangan Rudal ke Ukraina Saat Pemimpin G7 Berunding

Pemimpin dunia berkumpul di Eropa unyuk membahas sanksi tambahan untuk Rusia.

Prajurit bekerja di lokasi sebuah bangunan tempat tinggal setelah ledakan, di Kyiv, Ukraina, Minggu, 26 Juni 2022. Beberapa ledakan mengguncang barat ibukota Ukraina pada dini hari Minggu pagi, dengan setidaknya dua bangunan tempat tinggal melanda, menurut kepada Walikota Kyiv Vitali Klitschko.
Foto: AP Photo/Nariman El-Mofty
Prajurit bekerja di lokasi sebuah bangunan tempat tinggal setelah ledakan, di Kyiv, Ukraina, Minggu, 26 Juni 2022. Beberapa ledakan mengguncang barat ibukota Ukraina pada dini hari Minggu pagi, dengan setidaknya dua bangunan tempat tinggal melanda, menurut kepada Walikota Kyiv Vitali Klitschko.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Rudal-rudal Rusia menghantam blok apartemen dan taman kanak-kanak di Kiev, ibu kota Ukraina, pada Ahad (26/6/2022), dalam serangan yang dikecam Presiden AS Joe Biden sebagai "tindakan biadab". Serangan itu dilakukan ketika para pemimpin dunia berkumpul di Eropa untuk membahas sanksi lebih lanjut terhadap Moskow.

Sebanyak empat ledakan mengguncang pusat Kiev hingga dini hari, dalam serangan pertama di kota itu dalam beberapa minggu. "Rusia menyerang Kiev lagi. Rudal-rudal merusak gedung apartemen dan taman kanak-kanak," kata Andriy Yermak, Kepala Administrasi Kepresidenan.

Baca Juga

Seorang fotografer Reuters melihat kawah ledakan besar di dekat taman bermain di taman kanak-kanak yang jendela-jendelanya rusak. Wakil Wali Kota Mykola Povoroznyk mengatakan satu orang tewas dan enam luka-luka.

Dia mengatakan ledakan-ledakan terdengar kemudian di bagian lain setiap kali Kiev dengan pertahanan udara menghancurkan rudal-rudal yang masuk lebih lanjut.

Rusia telah meningkatkan serangan udara di Ukraina akhir pekan ini, yang juga telah menyaksikan jatuhnya sebuah kota timur yang strategis ke pasukan pro Rusia. "Ini lebih ke arah kebiadaban mereka," kata Biden, merujuk pada serangan rudal di Kiev, ketika para pemimpin dari negara-negara kaya G7 berkumpul untuk pertemuan puncak di Jerman.

Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan negara-negara G7 harus menanggapi serangan rudal terbaru dengan menjatuhkan sanksi lebih lanjut terhadap Rusia dan memberikan lebih banyak senjata berat ke Ukraina.

Saat konflik wilayah terbesar di Eropa sejak Perang Dunia Kedua memasuki bulan kelima, aliansi Barat yang mendukung Kiev mulai menunjukkan tanda-tanda ketegangan ketika para pemimpin khawatir tentang biaya ekonomi yang meningkat.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengatakan Barat perlu mempertahankan persatuan melawan Presiden Rusia Vladimir Putin. 

"Harga melangkah mundur, harga membiarkan Putin sukses, merampas bagian-bagian besar wilayah Ukraina, melanjutkan program penaklukannya, harga itu akan jauh, jauh lebih tinggi," katanya kepada wartawan. Dalam pertemuan G7 pada Ahad, Inggris, Kanada, Jepang dan Amerika Serikat mengusulkan larangan impor emas dari Rusia.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement