Ahad 03 Jul 2022 16:55 WIB

Presiden Belarusia: Ukraina Memprovokasi Kami

Fasilitas militer di Belarusia telah diserang misil Ukraina.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengungkapkan, fasilitas militer di negaranya telah diserang misil Ukraina.
Foto: AP Photo/Markus Schreiber
Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengungkapkan, fasilitas militer di negaranya telah diserang misil Ukraina.

REPUBLIKA.CO.ID, MINSK – Presiden Belarusia Alexander Lukashenko mengungkapkan, fasilitas militer di negaranya telah diserang misil Ukraina. Namun misil tersebut berhasil dicegat. Lukashenko mengatakan, serangan itu terjadi sekitar pertengahan atau awal pekan ini.

“Mereka memprovokasi kami. Saya harus memberi tahu Anda, tiga hari lalu, mungkin sedikit lebih lama, upaya untuk menyerang fasilitas militer di wilayah Belarusia dilakukan dari wilayah Ukraina,” ucapnya pada Sabtu (2/7/2022).

Baca Juga

Dia menyebut, serangan tersebut berhasil digagalkan. “Syukurlah, sistem anti-pesawat Pantsir berhasil mencegat semua rudal yang diluncurkan oleh angkatan bersenjata Ukraina,” ujar Lukashenko.

Lukashenko tidak memberikan bukti apa pun atas klaimnya terkait serangan ke fasilitas militer Belarusia. Kendati demikian dia menekankan, negaranya tidak menginginkan perang dengan Ukraina. Namun langkah tersebut siap ditempuh jika wilayah Belarusia diserbu.

Militer Ukraina belum memberikan keterangan resmi dalam merespons pernyataan Lukashenko. Belarusia adalah sekutu dekat Rusia. Saat Moskow memutuskan menyerang Ukraina pada 24 Februari lalu, Belarusia membuka wilayahnya untuk dilintasi pasukan Rusia. Kendati demikian, menurut keterangan Lukashenko, hingga saat ini tidak ada pasukan dari negaranya yang ikut bertempur di Ukraina.

Pertempuran di Ukraina sudah berlangsung lebih dari empat bulan. Lebih dari 3.400 warga sipil di Ukraina diperkirakan telah tewas akibat peperangan. Sementara warga Ukraina yang mengungsi ke negara-negara tetangga diprediksi sudah menyentuh angka 12 juta orang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement