REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW - Presiden Belarus Alexander Lukashenko mengatakan, bahwa negara bekas Sovietnya berdiri sepenuhnya di sisi Rusia dalam operasi militer khusus di Ukraina. Menurutnya kampanye dukungan ke Rusia adalah bagian dari komitmen untuk "negara serikat" dengan Moskow.
Berbicara pada upacara peringatan Perang Dunia Kedua pembebasan Minsk oleh pasukan Soviet, Lukashenko mengatakan ia telah memberikan dukungannya pada kampanye Putin melawan Ukraina sejak hari pertama pada akhir Februari. Lukashenko seperti diketahui mengizinkan pasukan Rusia untuk menggunakan wilayah negaranya dalam menginvasi Ukraina.
"Hari ini, kami dikritik karena menjadi satu-satunya negara di dunia yang mendukung Rusia dalam perjuangannya melawan Nazisme. Kami mendukung dan akan terus mendukung Rusia," katanya dalam sebuah video di kantor berita negara BelTA.
"Dan mereka yang mengkritik kami, apakah mereka tidak tahu bahwa kami memiliki persatuan yang erat dengan Federasi Rusia? Bahwa kami memiliki tentara yang bersatu. Anda tahu semua ini. Kami akan tetap bersama dengan persaudaraan Rusia," imbuhnya.
Belarus telah berkomitmen untuk "negara serikat" sejak pertengahan 1990-an. Namun sedikit kemajuan telah dibuat dalam mengimplementasikan rencana tersebut. Tahun lalu, Lukashenko bersikeras bahwa negaranya harus mempertahankan kedaulatannya.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy mengatakan pernyataan pemimpin Belarusia itu merupakan "sinyal" dan tindakannya harus diawasi dengan cermat. Beberapa pejabat Ukraina menyarankan Belarus bisa segera terlibat langsung dalam konflik.
Media Ukraina melaporkan bahwa Zelenskyy menuding komentar Lukashenko adalah perkembangan yang berbahaya. "Pernyataan Lukashenko tentang tentara bersatu dengan Rusia, di atas segalanya, berbahaya bagi rakyat Belarusia," kata Zelenskiy bersama perdana menteri Australia.
"Dia tidak boleh menyeret Belarus ke dalam perang invasi Rusia melawan Ukraina. Saya percaya ini adalah sinyal berbahaya. Dan saya percaya bahwa kita semua akan melihat hasil dari sinyal ini," ujarnya menambahkan.
Seorang pejabat senior intelijen Ukraina pekan lalu mengatakan risiko invasi langsung ke Ukraina oleh pasukan dari Belarusia rendah. Tetapi Wali Kota Lviv, Andriy Sadoviy, mengatakan pada akhir pekan bahwa situasi di perbatasan Belarusia tidak dapat diprediksi dan dia telah mengadakan pertemuan dengan pejabat kota untuk menyusun rencana darurat jika terjadi eskalasi.