REPUBLIKA.CO.ID, VATIKAN -- Paus Fransiskus mengungkapkan, rencananya untuk mengunjungi Rusia dan Ukraina belum dicabut. Dia masih bertekad bertolak ke Moskow dan Kiev untuk berusaha mendamaikan kedua negara yang tengah terlibat konflik tersebut.
Paus Fransiskus mengatakan, Menteri Luar Negeri (Menlu) Vatikan Kardinal Pietro Parolin sudah menjalin kontak dengan Menlu Rusia Sergey Lavrov. Mereka membahas tentang kemungkinan Paus Fransiskus berkunjung ke Moskow.
Upaya serupa sebenarnya telah dilakukan pada Mei lalu. Namun ketika itu Rusia mengungkapkan, rencana kunjungan Paus Fransiskus ke Moskow terjadi pada momen yang tidak tepat.
Paus Fransiskus mengisyaratkan, saat ini situasinya mungkin telah berubah. “Saya ingin pergi (ke Ukraina), dan saya ingin pergi ke Moskow dulu. Kami bertukar pesan tentang ini karena saya pikir jika presiden Rusia memberi saya jendela kecil untuk melayani tujuan perdamaian. Dan sekarang mungkin. Setelah saya kembali dari Kanada, mungkin saya berhasil pergi ke Ukraina,” katanya dalam sebuah wawancara eksklusif dengan Reuters pada Sabtu (2/7/2022) lalu.
Kendati demikian, Paus Fransiskus tetap merasa dia harus terlebih dulu berkunjung ke Moskow. “Hal pertama adalah pergi ke Rusia untuk mencoba membantu dalam beberapa cara. Tapi saya ingin pergi ke kedua ibu kota (Moskow dan Kiev),” ucapnya.
Paus Fransiskus telah beberapa kali melayangkan kritik atas agresi ke Ukraina. Dia mengecam kebrutalan yang terjadi di Mariupol, Ukraina. Menurutnya, kota itu sudah dihancurkan secara biadab. Awal Juni lalu, tanpa langsung menyinggung Rusia, Paus Fransiskus menyerukan agar blokade ekspor gandum dari Ukraina dicabut. Dia menekankan, gandum tidak dapat digunakan sebagai “senjata perang”.
“Pemblokiran ekspor gandum dari Ukraina sangat mengkhawatirkan karena kehidupan jutaan orang bergantung padanya, terutama di negara-negara miskin,” kata Paus Fransiskus saat berbicara di hadapan ribuan jemaat yang berkumpul di Lapangan Santo Petrus, 1 Juni lalu.