REPUBLIKA.CO.ID, PORT-AU-PRINCE -- Baku tembak antara dua geng Haiti di dekat Ibu kota Port-au-Prince membuat ribuan orang terjebak di sebuah kota kecil pinggir pantai. Pastor setempat dan organisasi kemanusiaan mengatakan warga tidak memiliki akses pada air, makanan atau obat-obatan.
Wali kota Soleil mengatakan sejak Jumat (8/7/2022) lebih dari 50 orang tewas di kota itu. Pada Selasa (12/7/2022) PBB mengatakan kekerasan memaksa pekerja kemanusiaan dan bantuan makanan yang dikirimkan dari Port-au-Prince ke wilayah lain di negara itu dilakukan melalui udara dan laut.
Pastor Jean Encok Joseph mengatakan warga tidak biasa meninggalkan pemukiman Cite Soleil sejak baku tembak terjadi. Kota itu dihuni sekitar 250 ribu jiwa.
"Masyarakat tidak bisa lewat, makanan tidak bisa lewat, dari sudut pandang kemanusiaan kami berada di situasi serius," kata Joseph melalui sambungan telepon.
Dalam pernyataannya organisasi kemanusiaan Doctors Without Borders mengatakan jalanan yang mengarah ke pemukiman dipenuhi jenazah terbakar atau busuk.
"Mereka dapat terbunuh dalam bentrokan atau orang yang mencoba keluar tertebak, ini medan perang sungguhan," kata kepala Doctors Without Borders misi Haiti Mumuza Muhindo.
Kekerasan antara geng semakin memburuk sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moise tahun lalu. Kekerasan mematikan semakin sering terjadi, pada Mei lalu aktivis hak asasi manusia mengatakan bentrokan yang berlarut-larut telah menewaskan hampir 150 orang.
"Situasi keamanan masalah penting di Haiti, (Perdana Menteri) Ariel Henry bekerja untuk mencapai solusi cepat," kata juru bicara dari kantor perdana menteri saat menjawab permintaan komentar.
Program Pangan Dunia (WFP) mengatakan dalam merespon kekerasan antar geng, mereka mengirimkan makanan dengan kapal feri dari Port-au-Prince ke wilayah lain di Hati. Mereka juga menggunakan penerbangan jarak pendek untuk mengantar pegawainya.
Direktur WFP untuk Haiti Jean-Martin Bauer mengatakan lembaganya sudah mengirimkan 2.000 ton bantuan ke negara itu. "Kekerasan ini berdampak pada pasar, perdagangan, mata pencaharian, dan memotong jalan kota dari wilayah Haiti lainnya," kata Bauer.