Jumat 15 Jul 2022 20:06 WIB

Inggris Umumkan Darurat Nasional Panas Ekstrem

Suhu tertinggi yang pernah tercatat di Inggris adalah 38,7 derajat celcius pada 2019.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Friska Yolandha
Layanan meteorologi Inggris Met Office mengumumkan keadaan darurat nasional pada Jumat (15/7/2022).
Foto: AP/Emilio Morenatti
Layanan meteorologi Inggris Met Office mengumumkan keadaan darurat nasional pada Jumat (15/7/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Layanan meteorologi Inggris Met Office mengumumkan keadaan darurat nasional pada Jumat (15/7/2022). Lembaga itu mengeluarkan peringatan 'Panas Ekstrem' level merah untuk beberapa bagian Inggris pada 18 hingga 19 Juli.

"Luar biasa, mungkin memecahkan rekor, suhu kemungkinan terjadi pada Senin, kemudian lagi pada hari Selasa," kata Met Office di situs webnya.

Baca Juga

"Malam juga cenderung menjadi sangat hangat untuk Inggris, terutama di daerah perkotaan. Ini kemungkinan akan menyebabkan dampak luas pada manusia dan infrastruktur," ujarnya.

Suhu tertinggi yang pernah tercatat di Inggris adalah 38,7 derajat celcius yang tercatat di Cambridge University Botanic Garden pada 25 Juli 2019.

Awal pekan ini badan Badan Keamanan Kesehatan Inggris dan Met Office mengeluarkan peringatan kesehatan panas tingkat tiga untuk beberapa bagian negara. Wilayah tersebut membutuhkan layanan sosial dan perawatan kesehatan untuk mengambil tindakan ekstra dalam melindungi yang rentan.

Peringatan merah yang merupakan level empat didefinisikan di situs web Met Office ketika gelombang panas sangat parah dan/atau berkepanjangan. Kondisi ini membuat efeknya meluas ke luar sistem perawatan kesehatan dan sosial.

Pada tingkat tertinggi itu, penyakit dan kematian dapat terjadi di antara yang bugar dan sehat. Risiko tidak hanya pada kelompok berisiko tinggi saja.

Organisasi Meteorologi Dunia pun mengumumkan pada Jumat, gelombang panas di Eropa akan menjebak polutan atmosfer. Kondisi ini menyebabkan kualitas udara menurun, terutama di kota-kota besar.

"Atmosfer yang stabil dan stagnan bertindak sebagai penutup untuk menjebak polutan atmosfer, termasuk partikel," kata petugas ilmiah badan PBB Lorenzo Labrador.

"Ini mengakibatkan penurunan kualitas udara dan efek kesehatan yang merugikan, terutama bagi orang-orang yang rentan," katanya.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement