Sabtu 16 Jul 2022 17:15 WIB

Biden: AS Tuntut Pertanggungjawaban Atas Pembunuhan Abu Akleh

Biden tak sebutkan Israel harus bertanggung jawab atas pembunuhan Abu Akleh

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Lukisan dinding yang menggambarkan jurnalis Palestina-Amerika yang terbunuh, Shireen Abu Akleh, digambar di bagian pembatas pemisah kontroversial Israel, di kota Bethlehem, Tepi Barat, Rabu, 6 Juli 2022. Lukisan dinding karya seniman Palestina Taqi Spateen muncul Rabu pagi, beberapa hari sebelumnya. kunjungan Presiden AS Joe Biden.
Foto: AP/Mahmoud Illean
Lukisan dinding yang menggambarkan jurnalis Palestina-Amerika yang terbunuh, Shireen Abu Akleh, digambar di bagian pembatas pemisah kontroversial Israel, di kota Bethlehem, Tepi Barat, Rabu, 6 Juli 2022. Lukisan dinding karya seniman Palestina Taqi Spateen muncul Rabu pagi, beberapa hari sebelumnya. kunjungan Presiden AS Joe Biden.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden pada Jumat (15/7/2022) mengeklaim, pemerintahnya menuntut pertanggungjawaban atas pembunuhan terhadap jurnalis veteran Aljazirah, Shireen Abu Akleh. Namun Biden tidak menyebutkan, Israel harus bertanggung jawab atas pembunuhan tersebut.

 “Amerika Serikat akan terus menuntut pertanggungjawaban penuh dan transparansi atas kematiannya (Abu Akleh), dan akan terus membela kebebasan media di mana pun di dunia,” kata Biden, dilansir Aljazirah, Sabtu (16/7/2022).

Baca Juga

Abu Akleh adalah jurnalis Palestina yang memiliki kewarganegaraan Amerika. Dia tewas tertembak ketika meliput serangan Israel di Kota Jenin, wilayah pendudukan Tepi Barat. Perempuan berusia 51 tahun itu menggunakan rompi antipeluru dengan tulisan "Press" ketika ditembak.

“Dia warga negara Amerika dan orang Palestina. Saya berharap warisannya akan menginspirasi lebih banyak anak muda untuk melanjutkan pekerjaannya melaporkan kebenaran dan menceritakan kisah-kisah yang terlalu sering diabaikan," kata Biden.

Para kritikus menuduh, Biden gagal mengambil langkah atas pembunuhan Abu Akleh. Aktivis, sukarelawan, dan jurnalis memasang papan reklame dan spanduk besar Abu Akleh di seluruh Betlehem menjelang kunjungan Biden.

Tidak ada sesi tanya jawab dalam konferensi pers Biden yang diadakan di kompleks Kepresidenan Otoritas Palestina di Betlehem, wilayah pendudukan Tepi Barat. Namun, belasa wartawan mengenakan kaus hitam dengan wajah Abu Akleh sebagai protes. Pada Jumat (15/7) Biden mengunjungi Palestina sebagai bagian dari perjalanannya ke Timur Tengah.

Penyelidikan PBB menyimpulkan, peluru yang membunuh Abu Akleh ditembakkan pasukan Israel. Sementara Departemen Luar Negeri AS awal bulan ini mengatakan, peluru fatal yang mengenai Abu Akleh kemungkinan berasal dari posisi tentara Israel. Departemen Luar Negeri mengatakan, pembunuhan itu “akibat dari keadaan tragis” yang tak disengaja.

Politisi Palestina Hanan Ashrawi mengatakan, pernyataan Biden tentang Abu Akleh adalah bagian tak terpisahkan dari kebijakan AS yang menguntungkan Israel.

“Ini gejala dari rasa menjaga impunitas Israel, mencegah Israel menghadapi pertanggungjawaban dalam bentuk apa pun,” kata Ashrawi.

“Anda memiliki kesempatan, Anda mengadopsi posisi Israel dan Anda mencoba menutupi situasi. Bukan hanya Shireen, tapi semua orang Palestina. Kita perlu melihat rasa keadilan," ujar Ashrawi menambahkan.

Komite Pelindung Jurnalis (CPJ) menyambut janji Biden untuk memastikan pertanggungjawaban atas pembunuhan Abu Akleh. Namun, komite tersebut kecewa karena presiden tidak berkomitmen untuk penyelidikan oleh FBI atau bertemu keluarga

Abu Akleh selama kunjungannya ke Palestina dan Israel.

“Pemerintahan Biden harus memahami, kampanye untuk membawa keadilan nyata bagi Shireen tidak akan hilang dan persepsi ketidakpedulian apa pun terhadap jurnalis akan menjadi kerugian besar bagi hak asasi manusia yang diklaim presiden AS dihargai,” ujar koordinator CPJ untuk wilayah Timur Tengah dan Afrika Utara, Sherif Mansour.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement