REPUBLIKA.CO.ID, CANBERRA -- Sebanyak 79 orang mahasiswa penerima beasiswa Indonesia International Student Mobility Awards (IISMA) telah datang ke Australia pada Kamis (21/7/2022). Mereka akan kuliah selama satu semester di universitas top di Australia seperti Australian National University, Melbourne University, Monash University, University of Sydney, University of Adelaide dan University of Queensland. Beasiswa IISMA merupakan beasiswa bagi mahasiswa program sarjana yang akan mengambil kuliah di universitas top dunia selama satu semester.
Kedatangan mahasiswa program IISMA disambut langsung oleh Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) RI di Canberra Mukhamad Najib. Mahasiswa yang tiba pada tanggal 21 Juli 2022 dijemput dari Canberra Airport dengan mobil KBRI dan diantar ke asrama mereka masing-masing. Sebanyak sepuluh orang dari 79 mahasiswa yang datang ke Australia akan berkuliah selama satu semester di Australian National University (ANU).
Acara penyambutan juga dilakukan di ANU chancellery room, kampus ANU pada Jumat (22/7/2022). Dalam kesempatan tersebut hadir Direktur ANU International Office Jonathan Dampney dan staf, serta Ellena Williams dari Department of Antropology, ANU College of Asia and The Pacific. Dari Indonesia, selain Atdikbud Najib, hadir pula kordinator IISMA untuk wilayah Australia dan New Zealand, Putri Agritansia.
Dalam acara yang diberi judul “Welcoming IISMA Student and Morning Tea” tersebut Atdikbud Najib menyampaikan ucapan selamat kepada mahasiswa penerima beasiswa IISMA. “kalian adalah mahasiswa yang beruntung karena berkesempatan untuk kuliah di universitas terbaik di Australia bahkan dunia. Oleh karenanya manfaatkan kesempatan ini sebaik-baiknya. Bukan hanya untuk belajar, tapi juga untuk membangun jejaring internasional,” kata Mukhamad Najib seperti dkutip dalam rilis yang diterima Republika.co.id, Jumat (22/7/2022).
Najib juga menyampaikan bahwa minat mahasiswa ke Australia sangat tinggi. Namun karena universitas di Australia masih ketat mensyaratkan tes bahasa Inggris dengan IELTS maka banyak mahasiswa yang memilih negara lain. “Program IISMA membolehkan tes bahasa Inggris dengan Duolingo, karena biayanya terjangkau oleh mahasiswa dan dapat dilakukan secara daring. Sementara IELTS sangat mahal dan tidak semua mahasiswa mampu. Oleh karena itu semoga ANU bisa mempertimbangkan juga hasil tes dari Duolingo,” ujarnya.
Merespons pernyataan Atdikbud, Jonathan Dampney selaku direktur ANU International Office menyampaikan akan mempertimbangkan masukan tersebut. “Kami sudah pernah membicarakan hal ini saat Atdikbud Najib pertama kali berkunjung ke ANU untuk mempromosikan program IISMA. Semoga ada kabar baik untuk bisa menerima Duolingo di waktu yang akan datang,” katanya. Jonathan juga mengucapkan selamat kepada seluruh mahasiswa yang sudah diterima di ANU dan berharap mahasiswa bisa segera beradaptasi dengan lingkungan belajar di ANU.
Sementara Putri Agritansia menyampaikan bahwa awalnya mahasiswa yang akan ke ANU ada 29 orang. “Total mahasiswa yang ke Australia tahun 2022 dengan beasiswa IISMA ada 79 orang. Yang terpilih ke ANU sebenarnya ada 29 mahasiswa, namun karena adanya pertimbangan Covid-19 yang kembali melonjak dan setelah berdiskusi panjang dengan ANU International Office akhirnya diputus hanya 10 orang yang berangkat ke ANU,” jelas Putri, kordinator IISMA yang juga sedang menyelesaikan program doktoralnya di University of Canberra.
Acara penyambutan diisi dengan sarapan bersama dan bertukar informasi mengenai kehidupan di Canberra. Elena Williams menyarankan agar mahasiswa aktif baik di dalam kelas maupun di luar kelas. “Jika aktif bertanya dan berdiskusi di dalam kelas, mahasiswa akan mendapatkan nilai 10%. Tapi bukan hanya itu, di luar kelas juga mahasiswa harus aktif membangun pertemanan dan mempraktikkan bahasa Inggris dengan mahasiswa Australia,” tutur Elena.
Sementara para mahasiswa menyampaikan kegembiraannya bisa kuliah di Australia. Mereka datang dari berbagai kampus negeri maupun swasta dan juga berasal dari berbagai daerah.
Mahasiswa dari Universitas Andalas Padang, Bakhita Iklil Endrizal menyampaikan dirinya sangat tertarik untuk kuliah di ANU. “Saya dari program studi ilmu ekonomi. Di sini saya akan mengambil kuliah psikologi dan pembangunan berkelanjutan. Karena saya tertarik mendalami behavioral economics dalam konteks pembangunan,” tutur Bakhita. Sementara Richie Chandra Winata dari Universitas Pelita Harapan mengatakan ingin merasakan Susana pembelajaran di ANU yang pastinya berbeda dengan di Indonesia.
Mahasiswa dari Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta, M Azra Firmansyah mengaku tertarik belajar bahasa asing. Selain bahasa Inggris, dirinya mengaku pernah belajar bahasa Swedia dan Prancis. “Saya sangat suka belajar bahasa asing. Sebenarnya saya ingin belajar Indigenous Language di ANU ini seperti bahasa kaum aborigine, tapi ternyata mata kuliah tersebut tidak ada di semester ini. Tapi tidak apa, toh di sini banyak mahasiswa internasional. Saya bisa praktek juga bahasa Swedia dan Prancis yang pernah saya pelajari,” ungkap Azra.