Ahad 24 Jul 2022 13:47 WIB

Tersangka Penembak Shinzo Abe akan Jalani Evaluasi Kejiwaan

Tersangka pembunuh Shinzo Abe akan jalani evaluasi kejiwaan sampai akhir tahun

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Christiyaningsih
 Tetsuya Yamagami, penyerang yang menembak mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, yang sedang membuat pidato kampanye untuk partai yang memerintah, keluar dari kantor polisi di Nara, Jepang barat, Ahad, 10 Juli 2022, dalam perjalanan ke kantor kejaksaan setempat.
Foto: Nobuki Ito/Kyodo News via AP
Tetsuya Yamagami, penyerang yang menembak mantan Perdana Menteri Shinzo Abe, yang sedang membuat pidato kampanye untuk partai yang memerintah, keluar dari kantor polisi di Nara, Jepang barat, Ahad, 10 Juli 2022, dalam perjalanan ke kantor kejaksaan setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Tersangka pembunuh mantan perdana menteri Jepang Shinzo Abe akan menjalani evaluasi kejiwaan sampai akhir tahun ini. Tetsuya Yamagami (41 tahun) telah diidentifikasi oleh polisi sebagai tersangka menembak Abe ketika sedang berkampanye pada 8 Juli lalu di Kota Nara.

Media lokal melaporkan, pengadilan di Nara mengabulkan permintaan jaksa agar Yamagami ditahan untuk pemeriksaan psikiatri. Namun jaksa tidak dapat dihubungi untuk dimintai komentar di luar jam kerja.

Baca Juga

Nikkei melaporkan evaluasi akan berlangsung hingga 29 November. Evaluasi tersebut untuk menentukan apakah Yamagami akan didakwa melakukan penembakan atau tidak.

Seorang dokter, Shingo Nakaoka, menatap wajah Abe yang pucat setelah ditembak oleh seorang pria bersenjata. Dokter berusia 64 tahun itu mengetahui upaya untuk membuat Abe bertahan hidup sangat kecil.

Nakaoka bergegas ke lokasi kejadian dari klinik terdekatnya dalam beberapa menit setelah penembakan Abe. Ketika itu, dia melihat wajah Abe sudah sangat pucat. "Yang langsung mengejutkan saya adalah betapa pucat wajahnya," kata Nakaoka kepada Reuters melalui telepon beberapa hari setelah pembunuhan itu.  

"Ketika kami memijat jantungnya, tubuhnya tidak berkedut. Dia hampir tidak sadar dan dia sangat pucat. Saya langsung tahu dia dalam bahaya kritis," ujar Nakaoka menambahkan.

Dengan ditemani tiga perawat, Nakaoka berlari menuruni tiga anak tangga menuju ke tempat kejadian. Seseorang yang tampaknya dari tim rombongan Abe segera menyerahkannya sebuah defibrillator eksternal otomatis (AED), tetapi tidak menyala. Kemudian salah satu dari tiga perawat yang menemani Nakaoka berlari kembali ke klinik untuk mengambil alat lainnya. Nakaoka kemudian menghubungkan AED ke tubuh Abe.

"AED menyatakan 'tidak sesuai'. Itu bisa terjadi ketika jantung berdetak normal atau tidak sama sekali," ujar Nakaoka.

Tak ada jalan lain, Nakaoka bergantian dengan perawatnya untuk memompa jantung Abe secara manual. Namun karena Abe terlalu kehilangan banyak darah, maka hanya ada sedikit kesempatan untuk resusitasi di tempat kejadian. "Saat itu, saya sangat putus asa. Dia (Abe) tidak memberikan tanggapan," kata Nakaoka.

Juru bicara pemadam kebakaran Kota Nara mengatakan ambulans tiba di lokasi kejadian pada pukul 11.41 waktu setempat atau sekitar 11 menit setelah Abe ditembak. Nakaoka berpendapat ambulans datang terlalu lama karena Abe harus segera dilarikan ke rumah sakit besar untuk menerima perawatan.

"Rasanya sangat lama. Dia (Abe) harus segera pergi ke pusat medis besar untuk menghentikan pendarahannya," kata Nakaoka.

Helikopter yang membawa Abe tiba di Nara Medical University Hospital yang terletak sekitar 20 kilometer dari lokasi kejadian pada pukul 12.20 waktu setempat. Catatan pemadam kebakaran setempat yang dirilis pekan lalu menunjukkan responden pertama menduga Abe mengalami serangan jantung dalam beberapa menit setelah penembakan.

"Ketika saya memikirkan kembali sekarang, ada saat-saat ketika saya tidak tahu apa yang saya lakukan. Apa yang saya ingat dengan sangat jelas adalah dengan panik berdoa untuk keajaiban sehingga entah bagaimana, pria ini bisa diselamatkan," ujar Nakaoka.

Perdana menteri terlama di Jepang itu dinyatakan meninggal pada pukul 17.03 waktu setempat setelah kehabisan darah karena luka dalam di jantung dan sisi kanan lehernya. Profesor yang bertanggung jawab atas pengobatan darurat di Nara Medical University Hospital, Hidetada Fukushima, mengatakan Abe telah menerima lebih dari 100 unit darah dalam transfusi selama empat jam.

Abe ditembak oleh seorang pria bersenjata dengan senjata rakitan di Kota Nara, Jumat (8/7/2022). Polisi telah menangkap pelaku yang diidentifikasi sebagai Yamagami Tetsuya (41 tahun). Abe berada di Kota Nara untuk mendukung seorang kandidat dalam pemilihan Majelis Tinggi akhir pekan ini. 

Sumber investigasi mengatakan kepada NHK, senjata yang disita di tempat kejadian seperti senjata api buatan tangan. Tersangka diketahui tinggal di Kota Nara. Video yang diambil oleh reporter NHK menunjukkan petugas keamanan menangkap seseorang setelah terjadi penembakan. Abe ambruk setelah ditembak sebanyak dua kali dari arah belakang.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement