Senin 25 Jul 2022 18:35 WIB

Korut Dorong Pengobatan Tradisional Koryo untuk Atasi Covid-19

Korut klaim obat tradisional Koryo memainkan peran kunci melawan Covid-19

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Pemerintah Korea Utara Meninjau Obat Pencegah Virus Covid-19
Foto:

Seorang pembelot yang merupakan seorang dokter tradisional di Korea Selatan, Kim Jieun, mengatakan, dia mengambil jurusan kedokteran Koryo di sekolah di Korea Utara tetapi akhirnya bekerja sebagai dokter anak dan dokter penyakit dalam. Dia mengatakan, orang Korea Selatan umumnya menggunakan obat tradisional untuk menjaga atau meningkatkan kesehatan mereka, tetapi orang Korea Utara menggunakannya untuk mengobati beragam penyakit.

“Di Korea Selatan, pasien dengan pendarahan otak, hepatocirrhosis, kanker hati, asites, diabetes, dan infeksi ginjal tidak datang ke klinik tradisional.  Tetapi di Korea Utara, dokter tradisional mengobati mereka,” kata Kim, yang bermukim kembali di Korea Selatan pada 2002 dan sekarang bekerja di Rumah Sakit Pengobatan Korea Well Saem Seoul.

Surat kabar utama Korea Utara Rodong Sinmun baru-baru ini menerbitkan banyak artikel yang memuji obat herbal dan akupunktur untuk menyembuhkan pasien demam dan mengurangi efek samping penyakit Covid-19, termasuk nyeri abnormal, masalah jantung dan ginjal, mual dan batuk. Surat kabar itu juga menerbitkan seruan yang disampaikan oleh Kim Jong-un untuk merangkul pengobatan Koryo.  

Laporan media pemerintah lainnya mengatakan, produksi obat Koryo telah meningkat empat kali lipat sejak tahun lalu. Sementara sejumlah besar obat modern juga dengan cepat dikirim ke institusi medis setempat. Namun klaim ini tidak dapat diverifikasi secara independen.

Para pembelot bersaksi bahwa mereka harus membeli obat sendiri dan membayar dokter untuk operasi dan perawatan lainnya.  Mereka mengatakan, rumah sakit canggih Korea Utara sebagian besar terkonsentrasi di Ibu Kota Pyongyang.

Lee yang bersekolah di sekolah kedokteran di kota utara Korea Utara, Hyesan, mengatakan, dokter Koryo menggunakan kembali jarum akupunktur mereka setelah mensterilkannya dengan alkohol. Rumah sakit biasanya membebankan biaya kepada pasien untuk penggunaan listrik dalam pemeriksaan medis. Lee mengatakan, orang-orang di Hyesan tidak pergi ke rumah sakit kecuali mereka sakit parah.

 “Kalau sakit sedang, mereka hanya mendapat akupunktur atau jamu Koryo.  Mereka mempercayai pengobatan Koryo tetapi mereka juga tidak menghasilkan banyak uang dan obat Koryo lebih murah daripada pengobatan Barat,” kata Lee.

Sementara itu, seorang dokter lainnya H.K.  Yoon, mengatakan, rumah sakit tingkat menengahnya di timur laut Korea Utara tidak memiliki ambulans, tidak ada konsentrator oksigen dan hanya memiliki tiga hingga empat tempat tidur di ruang gawat darurat. Yoon berkata bahwa, dia menggunakan peralatan bedah secara bergantian dengan dokter lain, dan gaji bulanannya setara dengan 800 gram beras. Yoon merupakan mantan dokter Korea Utara yang melarikan diri pada pertengahan 2010-an.

"Hati saya sakit ketika mengingat kurangnya peralatan bedah. Ketika pasien saya kritis, saya ingin melakukan operasi dengan cepat.  Tetapi saya tidak dapat melakukannya karena peralatan bedah sedang digunakan oleh orang lain, dan saya khawatir tentang seberapa cepat saya dapat mensterilkan dan menggunakannya," kata Yoon, yang meminta agar nama depannya hanya diidentifikasi dengan inisial karena masalah keamanan.

Beberapa ahli sebelumnya memperkirakan bahwa wabah Covid-19 dapat menyebabkan konsekuensi yang mengerikan di Korea Utara, karena sebagian besar penduduknya tidak divaksinasi dan sekitar 40 persen penduduknya dilaporkan kekurangan gizi.  Sekarang, mereka berspekulasi bahwa Korea Utara kemungkinan tidak melaporkan jumlah kematiannya untuk mencegah kerusakan politik pada Kim Jong Un.

 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement