REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Iran dan Rusia secara resmi akan menggunakan mata uang rial dan rubel dalam perdagangan. Langkah ini dapat menjatuhkan mata uang dolar AS yang sebelumnya digunakan sebagai pertukaran mata uang bersama.
"Peluncuran perdagangan mata uang rubel/rial Iran merupakan langkah penting dalam pengembangan hubungan ekonomi antara Iran dan Rusia," ujar Gubernur Bank Sentral Iran, Ali Saleh Abadi, dilansir Middle East Monitor, Rabu (27/7/2022).
Sebelumnya Iran dan Rusia telah menyepakati rencana untuk menggunakan mata uang nasional masing-masing dalam perdagangan. Penggunaan mata uang lokal akan meningkatkan perdagangan menjadi 10 miliar dolar AS per tahun.
Namun alasan lain Iran dan Rusia menggunakan mata uang lokal dalam perdagangan yaitu bertujuan untuk menghindari sistem keuangan global yang didominasi AS, khususnya sistem pembayaran SWIFT. Sistem pembayaran SWIFT digunakan untuk transaksi antar bank di seluruh dunia.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina pada bulan Februari, negara-negara Barat memberlakukan sanksi ekonomi yang berat terhadap Rusia. Salah satunya memutus Rusia dari sistem pembayaran SWIFT. Di sisi lain, Iran juga mendapatkan sanksi dari Amerika Serikat (AS) atas program nuklirnya. Sejak itu, Rusia dan Iran telah secara signifikan meningkatkan kerja sama ekonomi mereka melalui perjanjian perluasan perdagangan.
Iran dan Rusia melakukan koordinasi antara bank nasional mereka, dan mempertimbangkan untuk menyatukan sistem perbankan mereka. Keduanya mempertimbangkan untuk menyatukan jaringan pembayaran Shetab Iran dan Mir Rusia dalam upaya menemukan alternatif untuk sistem pembayaran SWIFT.