Ahad 31 Jul 2022 21:25 WIB

Krisis Energi, Havana Mulai Kebagian Pemadaman Listrik Bergilir

Krisis energi di Kuba memburuk dan terlah berjalan berkepanjangan.

Rep: Dwina Agustin/ Red: Esthi Maharani
Ribuan warga Kuba turun ke jalan dan menggelar demonstrasi menentang krisis ekonomi. Ibu kota Kuba, Havana, akan memulai pemadaman listrik pada Agustus. Wilayah ini telah membatalkan karnaval dan mengambil tindakan lain ketika krisis energi negara itu memburuk dan terlah berjalan berkepanjangan.
Foto: EPA/Ernesto Mastrascusa
Ribuan warga Kuba turun ke jalan dan menggelar demonstrasi menentang krisis ekonomi. Ibu kota Kuba, Havana, akan memulai pemadaman listrik pada Agustus. Wilayah ini telah membatalkan karnaval dan mengambil tindakan lain ketika krisis energi negara itu memburuk dan terlah berjalan berkepanjangan.

REPUBLIKA.CO.ID, HAVANA -- Ibu kota Kuba, Havana, akan memulai pemadaman listrik pada Agustus. Wilayah ini telah membatalkan karnaval dan mengambil tindakan lain ketika krisis energi negara itu memburuk dan terlah berjalan berkepanjangan.

Untuk saat ini, jadwal pemadaman listrik membuat masing-masing dari enam kota Havana akan mengalami pemadaman listrik setiap tiga hari. Pemadaman itu akan berlangsung selama jam sibuk pada tengah hari.

Keputusan pemadaman ini dilaporkan harian Partai Komunis Havana Tribuna de la Habana yang mengutip hasil pertemuan lokal pihak berwajib Havana. “Ini adalah momen untuk menunjukkan solidaritas dan berkontribusi sehingga Kuba lainnya tidak menderita pemadaman yang tidak diinginkan,” kata pemimpin Partai Komunis Havana yang berkuasa penuh Luis Antonio Torres seperti dikutip Tribuna.

Kuba telah bertahan lebih dari dua tahun kekurangan makanan dan obat-obatan, antrean panjang untuk membeli barang langka, harga tinggi, dan kesulitan transportasi. Pemadaman listrik hanya akan menambah frustrasi warga. Kondisi sebelumnya telah menyebabkan eksodus lebih dari 150.000 orang Kuba ke Amerika Serikat (AS) sejak Oktober dan kemungkinan keputusan terbaru itu akan membuat lebih banyak lagi warga di tempat lain yang melakukan hal sama.

Torres dan pemimpin lainnya pada pertemuan itu bersikeras bahwa telah bertindak dalam solidaritas sesama warga Kuba, bukan karena kebutuhan. Mereka mengumumkan langkah-langkah lain seperti liburan massal untuk menutup perusahaan milik negara, bekerja dari rumah, dan pemotongan 20 persen dalam alokasi energi untuk bisnis swasta dengan konsumsi tinggi. Sedangkan karnaval yang dijadwalkan berlangsung bulan depan telah dibatalkan.

Tapi Direktur University of Texas di Program Energi dan Lingkungan Amerika Latin dan Karibia Jorge Pinon melihat pandangan yang berbeda dari Torres. Dia mengatakan, seluruh jaringan listrik hampir runtuh setelah kebakaran baru-baru ini di dua dari 20 pembangkit yang sudah usang.

Sedangkan pembangkit listrik yang lain, menurut Pinon, terus-menerus mogok. "Ketika Anda terus menjalankan peralatan melewati jadwal pemeliharaan modalnya, itu jatuh ke dalam spiral tanpa solusi jangka pendek,” katanya.

“Pemadaman terjadwal yang diumumkan bukan dalam bentuk solidaritas, melainkan kebutuhan untuk menghindari kemungkinan runtuhnya sistem secara total,” kata Pinon.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement