Kamis 04 Aug 2022 06:58 WIB

Taliban Gelar Pertemuan Usai Kematian Pemimpin Alqaeda

Sejauh ini Taliban belum mengkonfirmasi kematian Zawahiri.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Pemimpin Alqaidah yang baru, Ayman al-Zawahiri
Foto: MuslimDialy
Pemimpin Alqaidah yang baru, Ayman al-Zawahiri

REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Para pemimpin Taliban Afghanistan mengadakan pertemuan pada Rabu (3/8/2022) untuk menanggapi serangan pesawat tak berawak Amerika Serikat (AS) di Kabul yang membunuh pemimpin Alqaeda Ayman al-Zawahiri. Sejauh ini Taliban belum mengkonfirmasi kematian Zawahiri.

"Ada pertemuan pada tingkat tinggi mengenai apakah mereka harus bereaksi terhadap serangan pesawat tak berawak, dan jika mereka memutuskan untuk melakukannya, maka apa cara yang tepat," kata seorang pemimpin Taliban yang memegang posisi penting di Kabul kepada Reuters.

Baca Juga

Pejabat yang menolak menyebutkan namanya itu mengatakan, telah terjadi diskusi kepemimpinan yang panjang selama dua hari. Dia tidak mengkonfirmasi bahwa Zawahiri berada di rumah yang diserang rudal tersebut.  

Pejabat Taliban lainnya mengkonfirmasi pertemuan tingkat tinggi itu. Tetapi dia mengaku tidak mengetahui persoalan apa yang sedang dibahas dalam pertemuan itu. Pejabat tersebut tidak meyakini bahwa Zawahiri ada di rumah itu ketika diserang. Sementara itu, juru bicara Taliban yang berbasis di Doha, Suhail Shaheen, mengatakan, dia belum menerima kabar tentang sikap yang akan diambil oleh Taliban terkait kemaitan Zawahiri.

"Saya menunggu rincian dan reaksi dari Kabul," kata Shaheen kepada wartawan dalam sebuah pesan.

Amerika Serikat membunuh Zawahiri dengan rudal yang ditembakkan dari pesawat tak berawak, ketika dia berdiri di balkon di tempat persembunyiannya di Kabul pada Ahad (31/7). Serangan ini menjadi pukulan terbesar bagi Alqaeda sejak Osama bin Laden tewas ditembak lebih dari satu dekade lalu.  

Seorang pejabat senior AS yang berbicara dengan syarat anonim mengindikasikan, Washington akan terus menargetkan Alqeda di Afghanistan. Hal ini bertujuan untuk memastikan negara itu tidak lagi menjadi tempat perlindungan bagi teroris yang berkomplot melawan Amerika Serikat.

"Kami akan tetap waspada dan mengambil tindakan yang diperlukan, seperti yang kami lakukan minggu ini. Pemerintahan Presiden Joe Biden masih akan terlibat dengan Taliban jika dapat membantu memajukan kepentingan Amerika," kata pejabat itu.

Zawahiri adalah seorang dokter asal Mesir, yang terlibat dalam serangan 11 September 2001 di Amerika Serikat. Dia  merupakan salah satu orang yang paling dicari di dunia.

Kematian Zawahiri di Kabul menimbulkan pertanyaan tentang apakah ia menerima perlindungan dari Taliban. Sebelumnya Taliban telah meyakinkan Amerika Serikat bahwa mereka tidak akan membiarkan kelompok-kelompok militan berkembang di Afghanistan. Hal ini menjadi bagian dari perjanjian yang ditandatangani antara Taliban dan AS pada 2020 terkait penarikan pasukan asing dari Afghanistan. Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mengatakan, Taliban melanggar perjanjian dengan menampung dan melindungi Zawahiri.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement