REPUBLIKA.CO.ID, FRANKFURT -- Siemens Energy pada Senin (8/8/2022) menyatakan kerugian membayangi perusahaan pada tahun ini. Perseroan menyalahkan biaya 200 juta euro atau 204 juta dolar AS terkait dengan penghentian bisnis Rusia untuk kerugian bersih yang lebih luas pada tahun 2022.
Meski demikian, perseroan mengatakan masih siap untuk mempertahankan turbin untuk pipa gas Nord Stream 1 Rusia.
Pemasok peralatan untuk sektor listrik ini mengatakan bahwa kegiatan bisnisnya di Rusia dapat dijual atau dihentikan dan perusahaan tersebut berhubungan dengan otoritas publik untuk menyelesaikan rinciannya. "Tentu saja menerapkan ini bukanlah hal yang sepele saat ini," kata Chief Executive Siemens Energy, Christian Bruch.
Saham perusahaan turun 2,8 persen setelah memangkas kerugian sebelumnya.
Siemens Energy mengatakan kerugian bersih 2022 akan melebihi kerugian 560 juta euro tahun lalu dengan biaya 200 juta euro, yang dilaporkan sebagai item khusus. Sebelumnya diperkirakan rugi bersih 2022 akan serupa dengan tahun lalu.
Perusahaan yang telah memisahkan diri dari Siemens itu mengatakan pada Maret akan menghentikan semua bisnis baru di Rusia menyusul invasi ke Ukraina yang dimulai pada 24 Februari. Penjualan di Rusia menyumbang satu digit persentase yang rendah dari total penjualan Siemens Energy tahun lalu sebesar 28,48 miliar euro, katanya.
Terlepas dari rencana keluar dari Rusia, Bruch mengatakan Siemens Energy siap untuk tetap mempertahankan operasi turbin di stasiun kompresor Nord Stream 1 Portovaya, jika pelanggan Gazprom menginginkannya. Siemens Energy sedang dalam pembicaraan dengan perusahaan negara Rusia mengenai pengangkutan turbin yang macet di Jerman setelah pemeliharaan, yang dilakukan oleh Siemens Energy, karena ketidaksepakatan antara Berlin dan Moskow mengenai dokumen yang diperlukan untuk memindahkannya.