Selasa 09 Aug 2022 16:05 WIB

Warga Palestina Mengenang Kerabat dan Keluarga yang Tewas dalam Serangan Israel

Setidaknya 44 orang di Gaza tewas dalam serangan udara Israel pada Jumat.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Asap mengepul setelah serangan udara Israel di sebuah bangunan perumahan di Gaza, Ahad, 7 Agustus 2022.
Foto:

Setidaknya 44 orang, termasuk 15 anak-anak di Gaza tewas dalam serangan udara Israel yang terjadi pada Jumat (5/8/2022) dan berlanjut hingga Ahad (7/8/2022). Ratusan orang terluka dan beberapa rumah hancur di Jalur Gaza akibat serangan Israel. Kelompok Jihad Islam menembakkan lebih dari 1.000 roket ke Israel, sehingga membuat penduduk daerah selatan dan kota-kota besar termasuk Tel Aviv melarikan diri ke tempat penampungan. 

Israel dan kelompok bersenjata Jihad Islam Palestina (PIJ) telah mengumumkan gencatan senjata, untuk mengakhiri serangan di Gaza yang berlangsung selama tiga hari mulai Jumat hingga Ahad. Gencatan senjata dimulai pada Ahad pukul 23.30 waktu setempat.

Gencatan senjata pada Ahad dimediasi oleh Mesir, dengan bantuan dari PBB dan Qatar. Sekretaris Jenderal Jihad Islam, Ziad al-Nakhala, mengatakan salah satu perjanjian kunci dalam gencatan senjata itu adalah Mesir memberikan jaminan akan membebaskan dua pemimpin Jihad Islam yang ditahan oleh Israel. 

Israel memfokuskan operasinya melawan Jihad Islam, yang didukung Iran. Israel melakukan operasi dengan berhati-hati untuk menghindari konfrontasi langsung dengan kelompok Hamas yang menguasai Jalur Gaza.  

photo
Warga Palestina mencari di antara puing-puing sebuah bangunan di mana Khaled Mansour, seorang militan Jihad Islam terkemuka tewas menyusul serangan udara Israel di Rafah, Jalur Gaza selatan, Minggu, 7 Agustus 2022. Serangan udara Israel menewaskan seorang komandan senior militan Palestina. kelompok Jihad Islam, kata pihak berwenang hari Minggu, pemimpin keduanya dibunuh di tengah meningkatnya konflik lintas batas. - (AP/Fatima Shbair)

Jihad Islam telah menolak berkompromi dengan Israel. Mereka juga menolak untuk mengambil bagian dalam pemilihan Otoritas Palestina. Pertempuran dengan Israel telah memperkuat klaim Jihad Islam untuk berada di garis depan dalam perang melawan Israel. 

Gerakan Jihad Islam telah menawarkan kepada visi perlawanan radikal yang tidak dibatasi kepentingan pemerintah kepada rekrutan muda. Ini yang membedakan Jihad Islam dengan Hamas, yang bertanggung jawab atas kehidupan 2,3 juta orang di Gaza. Sehingga Hamaz perlu mempertimbangkan risiko perang dengan hati-hati.

Penangkapan pemimpin Jihad Islam di Tepi Barat telah menggarisbawahi kekuatan gerakan kelompok tersebut di beberapa kota seperti Jenin dan Nablus. Ini menunjukkan kemungkinan terjadinya pertempuran lanjutan. Menurut angka dari Masyarakat Tahanan Palestina, tahun ini setidaknya 400 orang yang terkait dengan Jihad Islam di Jenin telah ditangkap dan 30 lainnya dibunuh oleh pasukan Israel.

"Anda tidak dapat menemukan kumpulan sel militan seperti yang ada di Jenin atau di tempat lain. Itu bermasalah bagi Israel dan Otoritas Palestina," kata mantan pejabat COGAT, otoritas militer Israel yang mengawasi Tepi Barat, Michael Milshtein.

 

CIA World Handbook memperkirakan jumlah anggota Jihad Islam mencapai lebih dari 1.000 orang. Sementara seorang juru bicara militer Israel memperkirakan, jumlah keseluruhan anggota Jihad Islam sekitar 10 ribu.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement