Toreti menyatakan, selama tiga bulan ke depan, para peneliti melihat masih ada risiko yang sangat tinggi dari kondisi kering di Eropa barat dan tengah, serta Inggris. Ahli meteorologi dari Potsdam Institute for Climate Impact Research di dekat Berlin Peter Hoffmann mengatakan, kondisi saat ini dihasilkan dari periode cuaca kering yang panjang yang disebabkan oleh perubahan sistem cuaca dunia.
"Hanya saja di musim panas, kita paling merasakannya. Padahal, sebenarnya kekeringan terjadi sepanjang tahun," ujarnya.
Perubahan iklim memperburuk kondisi karena suhu yang lebih panas mempercepat penguapan. Tanaman yang haus menyerap lebih banyak uap air dan mengurangi hujan salju di musim dingin, membatasi pasokan air segar yang tersedia untuk irigasi di musim panas.
Eropa tidak sendirian dalam krisis ini. Kondisi kekeringan juga dilaporkan di Afrika Timur, Amerika Serikat (AS) bagian barat, dan Meksiko utara.