Kamis 18 Aug 2022 12:05 WIB

AS Prediksi Tekanan China ke Taiwan Terus Berlanjut

AS menilai, tindakan Beijing di sekitar Selat Taiwan sangat tidak stabil.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Friska Yolandha
 Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua China ini, fregat angkatan laut Taiwan Lan Yang terlihat dari geladak kapal militer China selama latihan militer pada hari Jumat, 5 Agustus 2022. China mengadakan latihan di perairan sekitar Taiwan sebagai tanggapan atas serangan baru-baru ini. kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi.
Foto: AP/Lin Jian/Xinhua
Dalam foto yang dirilis oleh Kantor Berita Xinhua China ini, fregat angkatan laut Taiwan Lan Yang terlihat dari geladak kapal militer China selama latihan militer pada hari Jumat, 5 Agustus 2022. China mengadakan latihan di perairan sekitar Taiwan sebagai tanggapan atas serangan baru-baru ini. kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi.

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Pemerintah Amerika Serikat (AS) memprediksi, tekanan China terhadap Taiwan akan terus berlanjut. Washington menilai, tindakan Beijing di sekitar Selat Taiwan sangat tidak stabil.

Asisten menteri luar negeri AS untuk Asia Timur dan Pasifik, Daniel Kritenbrink, mengatakan, China telah memanfaatkan kunjungan Ketua House of Representatives AS Nancy Pelosi ke Taiwan untuk mengubah status quo di kawasan tersebut. Terkait hal ini, dia menyinggung latihan militer besar-besaran yang digelar China di sekitar Selat Taiwan setelah lawatan Pelosi.

Baca Juga

“China telah menggunakan kunjungan Ketua House of Representatives AS, kunjungan yang konsisten dengan kebijakan satu China kami dan belum pernah terjadi sebelumnya, sebagai dalih untuk meluncurkan kampanye tekanan intensif terhadap Taiwan dan mencoba mengubah status quo, membahayakan perdamaian dan stabilitas di selat serta di kawasan yang lebih luas,” kata Kritenbrink, Rabu (17/8/2022).

Menurut Kritenbrink, China akan terus menekan Taiwan. Kendati demikian, dia menegaskan bahwa kebijakan AS terhadap Taiwan tetap konsisten. Washington pun tidak mendukung kemerdekaan formal pulau tersebut.

Sementara itu, perwakilan tinggi Taiwan di Washington, Hsiao Bi-khim, mengungkapkan, kunjungan Pelosi ke Taiwan telah menarik minat anggota parlemen dari berbagai negara untuk melakukan lawatan serupa ke Taipei. Hal itu turut dipengaruhi respons Cina yang menggelar latihan militer pasca kunjungan Pelosi. “Apa yang dilakukan China adalah, mereka membangkitkan minat yang lebih besar dari sebelumnya untuk mengunjungi Taiwan,” ucap Hsiao. 

Menurut Hsiao, Jerman, Kanada, Inggris, dan Jepang adalah beberapa negara yang mungkin akan mengutus delegasi untuk mengunjungi Taiwan. “Korban perundungan membutuhkan teman. Perilaku mereka (China) menghasilkan begitu banyak perhatian dan simpati terhadap situasi kami,” ucapnya.

Kunjungan Nancy Pelosi ke Taiwan pada 2-3 Agustus lalu telah memicu kemarahan China. Beijing diketahui mengklaim Taipei sebagai bagian dari wilayahnya. Dalam kunjungannya, Pelosi menegaskan dukungan AS untuk Taiwan.

Menanggapi kunjungan Pelosi, China menggelar latihan militer besar-besaran di Selat Taiwan pada 4-7 Agustus lalu. Dalam latihan itu, China mengerahkan seluruh armadanya, yakni udara, darat, dan laut.  Beijing bahkan menguji peluncuran rudal balistik. Latihan tersebut tak pelak memanaskan tensi di Selat Taiwan.

Perdana Menteri Taiwan Su Tseng-chang mengatakan, China telah secara brutal menggunakan tindakan militer untuk mengganggu perdamaian dan stabilitas regional. “Kami tidak akan pernah tunduk pada tekanan. Kami menjunjung tinggi kebebasan dan demokrasi, serta percaya bahwa warga Taiwan tidak menyetujui tindakan intimidasi China dengan kekerasan dan gemerincing pedang di depan pintu kami,” ucapnya kepada awak media pada 7 Agustus lalu, dilaporkan Bloomberg.

AS tak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Taiwan. Namun ia mendukung Taipei dalam menghadapi ancaman China. Presiden AS Joe Biden bahkan sempat menyatakan bahwa negaranya siap mengerahkan kekuatan jika China menyerang Taiwan. Isu Taiwan menjadi salah satu faktor yang meruncingkan hubungan Beijing dengan Washington.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement