REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Sebuah museum di New York City yang menceritakan kisah serangan 9/11 dari sudut pandang orang-orang yang terkena dampak telah menutup gedungnya dan mengakhiri tur jalan kaki pada Rabu (17/8/2022) malam. Artefak akan dipindahkan ke New York State Museum di Albany.
Pendiri 9/11 Tribute Museum Jennifer Adams-Webb menyatakan pada Kamis (18/8/2022) pagi, penutupan tempat ini akibat penurunan pengunjung yang belum ke angka normal. Penurun terjadi dari hampir 300.000 setahun sebelum penutupan enam bulan pada 2020 karena pandemi virus corona ke rekor terendah 26.000 pada 2021.
"Para pengunjung belum kembali," katanya sambil mengatakan satu-satunya cara agar museum tetap buka adalah dengan dukungan pemerintah.
Sudah berbulan-bulan dilakukan dialog dengan Departemen Urusan Kebudayaan Kota New York dan kantor-kantor lain, hanya saja keputusan menutup museum itu menjadi yang terbaik. Meski begitu, tempat ini berbeda dengan museum yang lebih besar 9/11 Memorial & Museum at Ground Zero.
Adams-Webb menyatakan, perbedaan utama antara museum penghormatan dan yang lebih besar adalah fokus programnya pada cerita langsung dari orang-orang yang terkena dampak langsung. Salah satu relawan yang terlibat adalah Peter Bitwinski, seorang pekerja untuk Otoritas Pelabuhan New York dan New Jersey.
Bitwinski mengatakan, dia berada di mejanya di World Trade Center pada 11 September 2001, ketika pembajak menabrakkan pesawat ke menara kembar. Serangan 11 September menewaskan hampir 3.000 orang.
Menurut Bitwinski, dia dan yang lainnya dievakuasi, membantu rekan kerja yang menggunakan kursi roda dan membutuhkan waktu lebih dari satu jam untuk menuruni hampir 70 anak tangga. Begitu mereka akhirnya keluar, Bitwinski mengatakan, melihat asap, puing-puing, dan orang-orang melompat dari lantai tertinggi menara.
Selain membantu orang memahami apa yang terjadi hari itu dan menghormati para korban dan responden pertama, 9/11 Tribute Museum membantunya untuk terus sembuh. "Saya menjalani konseling psikologis, tetapi setiap kali saya berbagi dan berbicara, itu juga merupakan pengalaman penyembuhan bagi saya," kata Bitwinski.
Museum berencana untuk terus menawarkan sumber daya pendidikan daring dan dukungan komunitas. Hanya saja, tempat itu telah menghentikan tur jalan kaki berpemandu. Lebih dari 500.000 orang mengikuti tur sejak pembukaan museum pada 2006.