REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Puluhan warga Palestina terbang ke Siprus pada Senin (22/8/2022) dari sebuah bandara di Israel selatan. Kunjungan ke Siprus ini sebagai bagian dari program percontohan untuk memungkinkan warga Palestina yang tinggal di wilayah pendudukan Tepi Barat untuk terbang ke luar negeri.
Langkah itu merupakan bagian dari serangkaian upaya yang dilakukan Israel untuk memperbaiki kondisi kehidupan warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat dan Jalur Gaza. Namun para kritikus mengatakan, langkah itu tidak mengurangi tindak kekerasan oleh Israel terhadap warga Palestina selama beberapa dekade atau membuka jalan bagi pembentukan negara Palestina yang merdeka.
"Sebanyak 43 penduduk dari kota-kota Tepi Barat seperti Betlehem, Jericho, Ramallah dan Nablus lepas landas dari Bandara Ramon menuju Larnaca, Siprus," kata konsultan strategis yang mengoordinasikan penerbangan, Amir Assi.
Badan militer Israel yang bertanggung jawab untuk mengatur urusan sipil di Tepi Barat, COGAT, mengkonfirmasi bahwa, warga Palestina naik penerbangan internasional dari Bandara Ramon untuk pertama kalinya. COGAT menambahkan, para staf penerbangan masih berupaya untuk memfasilitasi penerbangan reguler bagi warga Palestina.
Bandara Ramon yang baru dibuka terletak di dekat kota resor Israel Eilat, sekitar 230 kilometer selatan Yerusalem. Bandara ini lebih kecil dari Bandara Internasional Ben-Gurion Israel di luar Tel Aviv. Bandara Ramon memiliki lebih sedikit penerbangan dan tidak terlalu sibuk.
Awal Agustus Otoritas bandara mengatakan, ada penerbangan dua kali seminggu untuk warga Palestina dari Ramon ke Antalya, Turki, pada akhir Agustus. Sementara penerbangan ke Istanbul akan dimulai pada September.
Warga Palestina dari Tepi Barat dan Jalur Gaza tidak memiliki bandara sendiri dan harus mengajukan permohonan izin bandara agar dapat menggunakan bandara Ben Gurion. Warga Palestina sangat sulit mendapatkan izin tersebut. Biasanya izin ini disetujui sesaat sebelum lepas landas.
Warga Palestina di Tepi Barat yang ingin terbang ke luar negeri harus melakukan perjalanan ke Ibu Kota Yordania, Amman, melalui penyeberangan perbatasan Israel yang padat. Penyeberangan tidak buka 24 jam sehari, sehingga memaksa banyak pelancong membayar penginapan di hotel terdekat sebelum penerbangan mereka. Selain itu, ada juga biaya perjalanan dan biaya penyeberangan yang membuat perjalanan menjadi beban keuangan tambahan.
Sementara Jalur Gaza telah berada di bawah blokade Israel-Mesir sejak kelompok militan Hamas merebut kekuasaan pada 2007. Hingga kini semua pergerakan masuk dan keluar dari wilayah itu sangat dibatasi.
Israel merebut Tepi Barat dan Jalur Gaza dalam perang Timur Tengah 1967. Palestina berupaya untuk membentuk sebuah negara masa depan yang merdeka. Namun belum ada pembicaraan damai yang substantif selama lebih dari satu dekade. Hingga kini, warga Palestina hidup di bawah pendudukan Israel.