REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING -- Pemerintah Kota Xiamen, China, telah melakukan pengujian Covid-19 terhadap ikan, udang, kepiting, dan makhluk laut lainnya yang baru ditangkap nelayan. Tindakan itu bertujuan mencegah Covid-19 merebak kembali.
Video yang viral di media sosial China menunjukkan petugas kesehatan di Xiamen menempelkan kapas ke mulut ikan dan kepiting hasil tangkapan nelayan. Banyak warga menilai, Pemerintah China sudah menerapkan kebijakan “Nol-Covid” terlalu jauh.
Profesor Jin Dongyan dari Hong Kong University’s School of Biomedical Sciences mengutarakan hal serupa. Menurutnya, pengujian massal Covid-19 yang dilakukan China terhadap makanan laut adalah pemborosan sumber daya. “Mereka harus fokus pada manusia daripada ikannya,” katanya saat diwawancara CNN, Senin (22/8/2022).
Jin berpendapat, pengujian terhadap ikan dan makhluk laut lainnya sama sekali tidak berguna. Sebab walaupun ikan tersebut terinfeksi Covid-19, sangat kecil kemungkinannya mereka dapat menularkannya ke manusia. “Ini 100 atau 1.000 kali lebih mungkin nelayan-nelayan tersebut tertular dari nelayan lain. Tidak ada bukti bahwa ikan dapat menularkan virus,” ucapnya.
Bulan lalu, otoritas Xiamen merilis pemberitahuan yang memerintahkan nelayan melakukan pengujian Covid-19 sepekan sekali. “Jika Anda melaut lagi, Anda perlu memberikan sertifikat uji asam nukleat 48 jam,” demikian bunyi pemberitahuan tersebut.
Pihak berwenang China menyampaikan bahwa sejak Juni lalu perdagangan ilegal dan kontak ilegal antara nelayan di provinsi Fujian serta kapal luar negeri menyebabkan penyebaran Covid-19 ke Negeri Tirai Bambu. Hal itu dinilai mengakibatkan "kerusakan sosial yang besar”.
Lebih dari 5 juta orang telah diperintahkan untuk menjalani tes Covid-19 di Xiamen pekan ini. Perintah tersebut menyusul penemuan sekitar 40 kasus Covid-19 di sana.
China memang sedang berusaha mewujudkan target nol kasus Covid-19. Mereka mengandalkan pengujian massal, penerapan karantina wilayah yang cepat, dan karantina ekstensif untuk mengekang penyebaran virus.