Senin 05 Sep 2022 12:30 WIB

Meningkatnya Harga Pangan dan Pengangguran, Ribuan Warga India Gelar Protes

Modi dinilai membuat kebijakan yang menguntungkan kelompok bisnis besar.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Rahul Gandhi dan Narendra Modi
Foto: deccanchronicle.com
Rahul Gandhi dan Narendra Modi

REPUBLIKA.CO.ID, NEW DELHI -- Ribuan pendukung oposisi India di bawah pemimpin oposisi utama Rahul Gandhi melangsungkan aksi protes yang mengkritik pemerintahan Perdana Menteri Narendra Modi. Mereka memprotes melonjaknya pengangguran, kenaikan harga makanan, dan bahan bakar.

Gandhi menuduh Modi mengejar kebijakan yang menguntungkan kelompok bisnis besar dengan mengorbankan industri kecil dan menengah, termasuk petani dan pekerja miskin. Gandhi menambahkan, di bawah Modi pengangguran meningkat dan terjadi kenaikan harga.

“Narendra Modiji bertanya apa yang telah dilakukan Kongres dalam 70 tahun?  Saya akan mengatakan bahwa dalam 70 tahun, Kongres belum pernah memutuskan kenaikan harga seperti itu ke negara ini,” ujar Gandhi dalam pidatonya di Ramlila Ground di Ibu Kota New Delhi.

Gandhi mengatakan, pemerintah melemahkan negara dengan menciptakan suasana ketakutan dan kebencian. Hal ini mengacu pada kebijakan polarisasi Hindu-Muslim di bawah Partai Bharatiya Janata (BJP) yang berkuasa.

“Bersama-sama kita akan mengalahkan ideologi BJP dan RSS,” kata Gandhi merujuk pada Rashtriya Swayamsevak Sangh, yaitu organisasi supremasi Hindu yang merupakan mentor ideologis BJP.

Harga bensin, solar, gas LPG dan bahan makanan penting seperti gandum telah melonjak antara 40-175 persen sejak Modi berkuasa delapan tahun lalu. Gandhi mengatakan, Modi telah bekerja untuk kepentingan dua industrialis besar. Namun dia tidak menyebutkan identitas dua industrialis besar tersebut.

Menurut Gandhi, dua kelompok perusahaan utama menjalankan pelabuhan India, bandara, kilang minyak, sektor teknologi informasi, dan rumah media besar. Dia menuduh Modi menciptakan dua India.

"Satu milik orang miskin di mana tidak ada mimpi yang dapat dicapai, dan yang lainnya milik beberapa pengusaha besar di mana setiap mimpi dapat dicapai," kata Gandhi, dilansir Aljazirah, Senin (5/9).

Pemerintahan Modi mengatakan, mereka telah membangun fasilitas yang dibutuhkan oleh rakyat sejak pertama kali berkuasa pada 2014. Pemerintahan Modi mengklaim telah membangun toilet bagi jutaan warga miskin, membangun sambungan gas untuk memasak, air minum, rekening bank, asuransi kesehatan gratis, dan rumah.

Bulan lalu, bank sentral India menaikkan suku bunga untuk mengekang inflasi. Menteri Keuangan Nirmala Sitharaman mengatakan, tidak ada kemungkinan India tergelincir ke dalam resesi meskipun sedang berjuang melawan pandemi Covid-19 dan mengalami gangguan rantai pasokan yang disebabkan oleh konflik di Ukraina.

Aksi protes itu terjadi tiga hari sebelum dimulainya Bharat Jodo Yatra atau kampanye nasional untuk persatuan  yang meliputi kota-kota besar, kota kecil, dan desa di India selama lima bulan ke depan. Tujuannya adalah untuk memenangkan dukungan rakyat menjelang dua pemilihan legislatif negara bagian utama yaitu di negara bagian Gujarat dan Himachal Pradesh.

Pihak oposisi mengecam keputusan pemerintah bulan lalu untuk mengenakan pajak pada susu kemasan, yoghurt, keju, buttermilk, beras kemasan, tepung dan gandum. Pemerintah sebelumnya juga menaikkan harga bahan bakar minyak.

Ekonomi India telah pulih dari pandemi. Menurut data dari lembaga think-tank Center for Monitoring Indian Economy, berbagai gelombang wabah Covid-19 telah memengaruhi sektor informal besar India, dengan pengangguran meningkat hingga hampir 8,5 persen pada Agustus.

Ekonomi India tumbuh 13,5 persen pada kuartal April-Juni dari tahun sebelumnya. Ini adalah laju tercepat dalam setahun. Lonjakan pertumbuhan terjadi karena dorongan di bidang pertanian dan manufaktur, ketika pembatasan pandemi mereda.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement