Selasa 06 Sep 2022 19:55 WIB

Pengamat: PM Baru tak Berpengaruh Banyak pada Hubungan RI-Inggris

Truss akan menggantikan Boris Johnson sebagai PM Inggris.

Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara di luar Downing Street di London, Selasa, 6 September 2022, sebelum menuju ke Balmoral di Skotlandia, di mana ia akan mengumumkan pengunduran dirinya kepada Ratu Elizabeth II dari Inggris. Kemudian pada hari Selasa Liz Truss secara resmi akan menjadi Perdana Menteri baru Inggris setelah audiensi dengan Ratu.
Foto: Justin Tallis/Pool Photo via AP
Perdana Menteri Inggris Boris Johnson berbicara di luar Downing Street di London, Selasa, 6 September 2022, sebelum menuju ke Balmoral di Skotlandia, di mana ia akan mengumumkan pengunduran dirinya kepada Ratu Elizabeth II dari Inggris. Kemudian pada hari Selasa Liz Truss secara resmi akan menjadi Perdana Menteri baru Inggris setelah audiensi dengan Ratu.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terpilihnya Menteri Luar Negeri Liz Truss sebagai perdana menteri Inggris yang baru diperkirakan tidak akan berdampak signifikan pada hubungan bilateral Indonesia dan Kerajaan Inggris (UK). Truss akan menggantikan Boris Johnson yang mengundurkan diri pada Juli setelah terlibat sejumlah skandal.

"Hubungan RI-UK tidak akan berubah banyak dengan adanya PM baru ini," kata pengamat politik luar negeri dan mantan duta besar Indonesia untuk Inggris, Rizal Sukma, ketika dihubungi di Jakarta, Selasa (6/9/2022).

Baca Juga

"Arah hubungan bilateral kedua negara tidak ditentukan oleh seorang PM saja, namun ada garis kebijakan partai yang akan diikuti," ujar tokoh senior lembaga kajian Center for Strategic and International Studies (CSIS) itu.

Rizal, yang merupakan dubes RI untuk Inggris periode 2015-2020, mengatakan hubungan Indonesia dan Inggris juga sudah banyak melibatkan aktor-aktor lain, seperti kalangan pelaku bisnis dan politisi. Yang penting perlu dilakukan, lanjut Rizal, adalah bagaimana agar kerja sama kedua negara semakin intensif dan tidak tergantung pada siapa yang akan menjadi perdana menteri ataupun presiden.

"Yang akan menentukan adalah kepentingan nasional," ucapnya.

Menurut Rizal, kemenangan Truss sebenarnya sudah dapat diprediksi lantaran hampir semua polling menempatkan dirinya sebagai pemenang dan hal itu terbukti. Rizal menuturkan bahwa Truss ini tidak jauh berbeda dengan PM Inggris sebelumnya, Boris Johnson, terutama dalam pandangan dan kebijakan Inggris pasca-Brexit.

Dulu, Truss adalah seorang pendukung 'remain'. Namun setelah Brexit menang, ia menjadi pendukung Brexit yang cukup militan, ujarnya. "Truss akan terus menjalankan politik luar negeri yang sama seperti masa pemerintahan Boris Johnson, yakni bagaimana menjalankan peran global," katanya.

"Saya berharap PM Truss akan terus memberi prioritas pada Indo-Pasifik, termasuk dalam membangun hubungan kerja sama dengan ASEAN, di mana Inggris adalah mitra dialog baru ASEAN," kata Rizal, menambahkan.

Truss menggantikan Boris Johnson sebagai PM Inggris pada Selasa. Ia akan menemui Ratu Elizabeth di Skotlandia sebelum menunjuk tim menteri kabinet baru untuk mengatasi krisis ekonomi dan menyatukan partainya yang terpecah.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement