REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Otoritas pendudukan Israel mengancam akan menutup sebuah sekolah Palestina di Desa Deir Nizam, barat laut Ramallah. Otoritas Israel menuduh para siswa melemparkan batu ke tentara pendudukan Israel.
Kepala sekolah, Badr Shreitah, mengatakan pasukan pendudukan Israel mengepung sekolah menengah Deir Nizam dan mengancam akan menutupnya selama satu bulan jika lemparan batu oleh siswa terus berlanjut. Pasukan pendudukan Israel menggerebek sekolah tersebut pada awal tahun ajaran atau lima hari yang lalu. Pasukan Israel menahan dua siswa dan menyerang para guru yang berusaha menghadang.
Dilansir Middle East Monitor, Rabu (7/9/2022), Kementerian Pendidikan Palestina mengatakan, tentara Israel sebelumnya melakukan banyak serangan. Mereka menggunakan kekuatan yang disengaja terhadap sekolah dan fasilitas pendidikan di Tepi Barat. Hal ini mengancam hak siswa Palestina untuk melanjutkan pendidikan di lingkungan yang aman.
Kantor PBB di Palestina mengatakan, lebih dari 1,3 juta anak-anak Palestina di wilayah pendudukan Israel menghadapi tantangan. Mereka menghadapi peristiwa kekerasan dan pembongkaran sekolah oleh Israel.
“Lebih dari 1,3 juta anak Palestina dari Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, dan Jalur Gaza akan kembali ke sekolah. Anak-anak di Tepi Barat dan Gaza menghadapi tantangan yang tidak dapat dibayangkan oleh banyak anak di seluruh dunia,” kata pernyataan PBB.
PBB mengatakan, sejak awal tahun ini sebanyak 20 anak tewas di Tepi Barat. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan periode yang sama pada 2021 yaitu mencapai 12 anak. PBB menambahkan, saat ini ada 56 perintah pembongkaran terhadap sekolah yang secara keseluruhan menampung setidaknya 6.400 anak di Tepi Barat termasuk Yerusalem Timur.
PBB mencatat 115 pelanggaran terkait pendidikan terhadap sekolah dan anak-anak pada paruh pertama tahun 2022 di Tepi Barat. "Hampir 8.000 siswa terkena dampak, meningkatkan risiko mereka akan putus sekolah," ujar PBB.
Di Gaza, PBB mengatakan, 17 anak tewas dalam serangan Israel terbaru pada awal Juli. Bahkan jumlah siswa di sekokah di Gaza telah melebihi kapasitas dan 65 persen sekolah berlangsung secara bergantian dalam dua shift.
"Kondisi anak-anak di Gaza mengalami empat eskalasi permusuhan selama hidup mereka, meningkatkan kebutuhan terhadap layanan pendukung psikososial khusus," ujar PBB.
Terlepas dari banyaknya tantangan yang dihadapi, tingkat melek huruf pemuda Palestina mencapai lebih dari 99 persen. Sementara 93,8 persen anak-anak yang lulus dari sekolah dasar melanjutkan ke jenjang pendidikan menengah.