Rabu 23 Aug 2023 08:23 WIB

Israel Tutup Rute Utama ke Hebron, Kegiatan Belajar Siswa Palestina Terganggu

Semua rute utama ke Hebron oleh tentara pendudukan Israel ditutup

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Direktorat Pendidikan Palestina di Kota Hebron, wilayah pendudukan Tepi Barat mengumumkan penangguhan kegiatan sekolah.
Foto: AP
Direktorat Pendidikan Palestina di Kota Hebron, wilayah pendudukan Tepi Barat mengumumkan penangguhan kegiatan sekolah.

REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Direktorat Pendidikan Palestina di Kota Hebron, wilayah pendudukan Tepi Barat mengumumkan penangguhan kegiatan sekolah. Keputusan tersebut menyusul penutupan semua rute utama ke Hebron oleh tentara pendudukan Israel.

Penutupan itu diberlakukan oleh tentara Israel setelah seorang pemukim tewas dan suaminya terluka parah dalam serangan yang diduga dilakukan oleh warga Palestina.  Kota-kota dan desa-desa telah digerebek oleh tentara saat pasukan mencari pelakunya.

Baca Juga

“Telah diputuskan untuk menghentikan kegiatan sekolah, karena situasi keamanan akibat pendudukan menutup pintu masuk ke kota dan menyerbu beberapa lingkungan, dan untuk menjaga keselamatan siswa dan guru,” kata pernyataan Direktorat Pendidikan Palestina, dilaporkan Middle East Monitor, Selasa (22/8/2023).

Direktorat Pendidikan Palestina mengatakan, jam belajar yang hilang akan diganti di kemudian hari. Tepi Barat telah mengalami peningkatan ketegangan dan kekerasan selama berbulan-bulan. Tentara Israel menyerbu kota-kota Palestina, dan pemukim Yahudi menyerang warga Palestina.

Sebelumnya siswa sekolah dasar Palestina telah memulai hari pertama tahun ajaran baru. Namun mereka terpaksa belajar di lapangan terbuka, karena bangunan sekolah mereka dihancurkan oleh pasukan Israel pada Mei lalu.

Sekolah yang dihancurkan itu terletak di Desa Jibb Al-Deeb di pinggiran Kota Bethlehem. Sekolah tersebut menampung 45 siswa. Pada tahun ajaran baru ini, para siswa terpaksa belajar di ruang terbuka. Mereka mengawali tahun ajaran baru dengan menyanyikan lagu kebangsaan Palestina.

Sekolah itu adalah salah satu dari 17 sekolah Palestina yang sebagian besar telah dihancurkan atau berada di bawah ancaman pembongkaran. Sebanyak 17 sekolah itu dibangun oleh Otoritas Palestina dengan dana dari Uni Eropa.

"Situasi para siswa dan staf pengajar sangat sulit, dan proses pendidikan tidak dapat dilanjutkan dalam kondisi seperti itu," ujar seorang kepala sekolah, Shireen Abu Taha.

Abu Taha mengatakan, sekolahnya belum dibangun kembali. Dia mengatakan, siswanya mungkin dipindahkan ke Sekolah Hitteen. Namun Sekolah Hitteen juga sudah penuh sesak.

Pada Mei, pasukan pendudukan Israel menghancurkan sekolah Palestina dengan alasan masalah keamanan. Langkah ini menuai kritik tajam dari Uni Eropa yang telah mendanai pembangunannya. Uni Eropa mengaku terkejut setelah pasukan Israel tiba pada waktu subuh di sekolah yang melayani 45 siswa dan terdiri dari lima ruang kelas.

Sekolah tersebut dihancurkan untuk pertama kalinya pada 2017. Pada Januari tahun ini, sekelompok ahli PBB telah menyerukan tindakan untuk menghentikan penghancuran struktur Palestina yang sistematis dan disengaja oleh Israel.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement