Kamis 08 Sep 2022 05:35 WIB

Jepang Selidiki Peretasan Website Terkait Kelompok Pro-Rusia

Lebih dari 20 situs web di empat kementerian pemerintah Jepang tidak dapat diakses

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
 Seseorang yang berpakaian sebagai peretas internet terlihat dengan kode biner yang ditampilkan di layar laptop dalam foto ilustrasi paparan ganda yang diambil di Krakow, Polandia pada 17 Agustus 2021.
Foto: Jakub Porzycki/NurPhoto
Seseorang yang berpakaian sebagai peretas internet terlihat dengan kode biner yang ditampilkan di layar laptop dalam foto ilustrasi paparan ganda yang diambil di Krakow, Polandia pada 17 Agustus 2021.

REPUBLIKA.CO.ID, TOKYO -- Jepang sedang menyelidiki kemungkinan keterlibatan kelompok pro-Rusia menyusul peretasan beberapa situs web pemerintah. Kepala Sekretaris Kabinet Hirokazu Matsuno pada Rabu (7/9/2022) mengatakan, lebih dari 20 situs web di empat kementerian pemerintah tidak dapat diakses pada Selasa (6/9/2022) malam tetapi dapat dipulihkan pada hari yang sama.

Pemerintah belum mengidentifikasi kebocoran informasi dan sedang mencari tahu apakah peretasan itu disebabkan oleh serangan denial-of-service (DDoS).  Dalam serangan DDoS, peretas berusaha membanjiri jaringan dengan volume lalu lintas data yang luar biasa tinggi untuk melumpuhkannya.

Agensi digital Jepang mengatakan, layanan aplikasi online di portal administrasi e-Gov juga mengalami masalah. NHK melaporkan, kelompok pro-Rusia "Killnet" mengatakan di media sosial, mereka bertanggung jawab atas serangan itu.

Baca juga : Upaya Mencari Titik Temu untuk Mengakhiri Konflik Rusia-Ukraina

"Kami menyadari bahwa kelompok peretas (Killnet) mengakui mereka berada di balik serangan, tetapi saat ini kami masih menyelidiki penyebab peretasan, termasuk keterlibatannya," kata Matsuno.

 "Kami memahami bahwa kelompok peretas (Killnet) telah mengancam beberapa negara dari serangan siber, dan beberapa mengatakan mereka terkait dengan pemerintah Rusia. Mengingat posisi kami sebagai pemerintah, kami tidak akan menanggapi itu," kata Matsuno menambahkan.

Serangan peretasan itu untuk sementara memblokir akses ke sejumlah situs website. Termasuk portal administrasi e-Gov.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement