Sabtu 17 Sep 2022 00:20 WIB

Ukraina Temukan Kuburan Massal Berisi 440 Mayat di Izium

Kuburan massal ditemukan di Izium setelah pembebasan dari pasukan Rusia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Nidia Zuraya
Pemandangan kuburan tak dikenal dari warga sipil dan tentara Ukraina di sebuah kuburan di daerah yang baru saja direbut kembali di Izium, Ukraina, Kamis, 15 September 2022 yang telah dibunuh oleh pasukan Rusia menjelang awal perang. Sebuah kuburan massal tentara Ukraina dan warga sipil tak dikenal ditemukan di hutan kota Izium yang baru saja direbut kembali.
Foto: AP Photo/Evgeniy Maloletka
Pemandangan kuburan tak dikenal dari warga sipil dan tentara Ukraina di sebuah kuburan di daerah yang baru saja direbut kembali di Izium, Ukraina, Kamis, 15 September 2022 yang telah dibunuh oleh pasukan Rusia menjelang awal perang. Sebuah kuburan massal tentara Ukraina dan warga sipil tak dikenal ditemukan di hutan kota Izium yang baru saja direbut kembali.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Otoritas Ukraina menemukan kuburan massal di kota Izium yang berhasil direbut kembali dari kontrol pasukan Rusia. Lebih dari 440 mayat ditemukan dari kuburan tersebut.

"Saya dapat mengatakan itu adalah salah satu situs pemakaman terbesar di kota besar di (daerah) yang dibebaskan, 440 mayat dimakamkan di satu tempat. Beberapa meninggal karena tembakan artileri, beberapa meninggal karena serangan udara,” kata kepala penyelidik polisi untuk wilayah Kharkiv, Serhiy Bolvinov, saat diwawancara Sky News, Kamis (15/9/2022).

Baca Juga

Kementerian Pertahanan Ukraina juga mengumumkan penemuan kuburan massal tersebut lewat akun Twitter resminya. “Kuburan massal ditemukan di Izium setelah pembebasan dari (pasukan Rusia),” tulisnya.

Sementara itu, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky menyamakan penemuan kuburan massal di Izium dengan pembantaian warga sipil di Bucha pada awal agresi Rusia. “Rusia meninggalkan kematian di mana-mana dan harus bertanggung jawab,” ujar Zelensky dalam pidatonya pada Kamis malam waktu setempat.

Rusia telah membantah tudingan yang menyebut pasukannya menargetkan warga sipil dalam peperangan. Moskow pun merasa tidak melakukan kejahatan perang.

Konflik Rusia-Ukraina pecah pada 24 Februari lalu. Setelah hampir tujuh bulan berlangsung, kedua negara belum menunjukkan tanda-tanda akan melakukan negosiasi damai atau gencatan senjata.

Bulan lalu, Wakil Tetap Rusia untuk Kantor PBB di Jenewa Gennady Gatilov mengatakan, konflik yang berkepanjangan di Ukraina akan semakin menyulitkan pencarian solusi diplomatik. Terkait hal itu, dia turut menyoroti langkah Barat yang terus memasok persenjataan untuk Kiev.

"Semakin konflik berlangsung, semakin sulit untuk memiliki solusi diplomatik," kata Gatilov dalam sebuah wawancara dengan Financial Times, dikutip laman kantor berita Rusia, TASS, 22 Agustus lalu.

Gatilov mengungkapkan, sejauh ini dia belum melihat kemungkinan terjadinya kontak diplomatik antara para pihak yang terlibat konflik. Dia pun menyinggung tentang tekad Ukraina dan sejumlah negara Barat untuk bertempur hingga prajurit Ukraina terakhir. Menurutnya, dukungan militer Barat yang terus belanjut untuk Kiev adalah bukti lain dari hal tersebut. 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement