REPUBLIKA.CO.ID, YEREVAN -- Menteri Luar Negeri (Menlu) Armenia Ararat Mirzoyan melangsungkan pertemuan dengan Menlu Azerbaijan Jeyhun Bayramov di New York, Amerika Serikat (AS), Senin (19/9/2022). Pekan lalu pasukan kedua negara terlibat konfrontasi di perbatasan yang menewaskan hampir 300 orang.
“Atas prakarsa phak Amerika, pertemuan trilateral antara Ararat Mirzoyan, (Menlu AS) Antony Blinken, dan Jeyhun Bayramov akan berlangsung hari ini di New York,” kata Kementerian Luar Negeri Armenia dalam sebuah pernyataan, Senin.
Saat agenda pertemuan itu diumumkan, Dewan Keamanan Nasional Armenia merevisi jumlah korban yang tewas dalam konfrontasi dengan pasukan Azerbaijan, yakni dari 136 menjadi 207. Dengan demikian, total kematian gabungan dari kedua negara menjadi 286 jiwa.
Sebelumnya Wakil Menteri Luar Negeri Armenia Paruyr Hovhannisyan mengatakan, ketegangan terbaru antara negaranya dan Azerbaijan dapat meningkat menjadi perang. Menurutnya, negara kekuatan besar harus lebih memperhatikan kegentingan situasi yang kini sedang berlangsung. “Ada risiko yang jelas,” kata Hovhannisyan saat ditanya Reuters apakah ada risiko ketegangan terbaru antara Armenia dan Azerbaijan meningkat menjadi perang besar, Rabu (14/9/2022) pekan lalu.
Pada Senin (12/9/2022) lalu, pasukan Armenia dan Azerbaijan terlibat konfrontasi baru di wilayah perbatasan kedua negara. Menurut Azerbaijan, pasukan Armenia telah terlibat dalam kegiatan intelijen di perbatasannya. Armenia pun dituding memindahkan senjata ke daerah tersebut. Selain itu, menurut Azerbaijan, pada Senin malam lalu, pasukan Armenia melakukan operasi penambangan.
Sementara Armenia menuding Azerbaijan yang terlebih dulu memprovokasi konfrontasi di wilayah perbatasan. Rusia telah membantu kedua negara menyepakati gencatan senjata. “Kami berharap kesepakatan yang dicapai sebagai hasil mediasi Rusia mengenai gencatan senjata mulai pukul 09:00 waktu Moskow pada 13 September tahun ini akan dilaksanakan secara penuh,” kata Kementerian Luar Negeri Rusia dalam sebuah pernyataan, Selasa (13/9/2022).
Armenia dan Azerbaijan telah terlibat pertikaian sejak dekade 1990-an. Pemicu utamanya adalah Nagorno-Karabakh, sebuah wilayah yang terletak di dalam Azerbaijan, tapi berada di bawah kendali pasukan etnis Armenia. Pada 2020 lalu, kedua negara terlibat pertempuran di wilayah tersebut.
Konfrontasi berlangsung selama enam pekan dan memakan korban lebih dari 6.500 jiwa. Rusia menjadi pihak yang berhasil mendorong kedua negara menyepakati gencatan senjata. Berdasarkan perjanjian, 2.000 tentara penjaga perdamaian Rusia dikerahkan ke wilayah tersebut.
Azerbaijan memperoleh keuntungan teritorial yang signifikan. Hal itu karena Armenia setuju menyerahkan beberapa bagian wilayah di Nagorno-Karabakh ke Azerbaijan sebagai bagian dari kesepakatan gencatan senjata.