Selasa 20 Sep 2022 21:15 WIB

PBB Serukan Penyelidikan terhadap Kematian Mahsa Amini di Iran

PBB mengecam kematian Mahsa Amini setelah ditangkap “polisi moral” Iran

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Esthi Maharani
Mahsa Amini, perempuan Iran yang tewas dalam tahanan polisi moral yang menegakkan aturan jilbab ketat.
Foto: Iran Wire
Mahsa Amini, perempuan Iran yang tewas dalam tahanan polisi moral yang menegakkan aturan jilbab ketat.

REPUBLIKA.CO.ID, JENEWA – PBB mengecam kematian Mahsa Amini (22 tahun) setelah ditangkap “polisi moral” Iran. Dia diduga disiksa di tahanan hingga harus dirawat dalam keadaan koma di rumah sakit dan akhirnya meninggal pekan lalu.

“Kematian tragis Mahsa Amini dan tuduhan penyiksaan serta perlakuan buruk harus segera diselidiki, tidak memihak, dan efektif oleh otoritas independen yang kompeten, yang memastikan, khususnya, bahwa keluarganya memiliki akses ke keadilan serta kebenaran,” kata Penjabat Komisaris Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia (HAM) Nada al-Nashif dalam sebuah pernyataan, Selasa (20/9/2022), dikutip laman Al Arabiya.

Baca Juga

Al-Nashif turut menyuarakan keprihatinan dan kekhawatiran atas tindakan keras aparat Iran dalam menghadapi kelompok massa yang memprotes kematian Mahsa Amini. Aksi unjuk rasa mengecam kematian Amini digelar di Teheran, termasuk di beberapa universitas dan kota Masyhad.

Menurut juru bicara Kantor HAM PBB Ravina Shamdasani, sebanyak lima pengunjuk rasa telah tewas akibat tindakan represif aparat keamanan Iran. Shamdasani mengatakan, aparat Iran menggunakan peluru tajam dalam upayanya membubarkan massa.

Pada 13 September lalu, “polisi moral” Iran menangkap Mahsa Amini di Teheran. Dia ditangkap karena hijab yang dipakainya dianggap tidak ideal. Di Iran memang terdapat peraturan berpakaian ketat untuk wanita, salah satunya harus mengenakan hijab saat berada di ruang publik atau muka umum.

Setelah ditangkap polisi moral, Amini ditahan. Ketika berada dalam tahanan, dia diduga mengalami penyiksaan. PBB mengaku menerima laporan bahwa wanita berusia 22 tahun itu dipukuli di bagian kepala menggunakan pentungan. Selain itu, kepala Amini pun disebut dibenturkan ke kendaraan.

Amini kemudian dilarikan ke rumah sakit. Kepolisian Teheran mengklaim, saat berada di tahanan, Amini tiba-tiba mengalami masalah jantung. Amini dirawat dalam keadaan koma dan akhirnya mengembuskan napas terakhirnya pada Jumat (16/9/2022) pekan lalu.

Kematian Amini dan dugaan penyiksaan yang dialaminya seketika memicu kemarahan publik. Mereka menggelar demonstrasi untuk memprotes tindakan aparat terhadap Amini.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement