REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Menteri Luar Negeri Rusia Sergie Lavrov mengatakan wilayah Ukraina yang menggelar referendum untuk bergabung dengan Rusia akan mendapat "perlindungan penuh" dari Moskow. Hal ini dikhawatirkan dapat meningkatkan ketegangan dalam perang Rusia di Ukraina dan kemungkinan penggunaan senjata nuklir.
Dalam pidatonya di Majelis Umum PBB dan media di New York, Lavrov mencoba untuk membenarkan invasi Rusia ke Ukraina bulan Februari lalu. Ia mengulang klaim Rusia yang menyatakan pemerintah Ukraina tidak sah, dipenuhi Nazi dan menekan pengguna bahasa Rusia di negara itu.
Pada Jumat (23/9) Rusia menggelar referendum di empat wilayah Ukraina untuk menganeksasi dengan paksa. Kiev mengatakan warga dipaksa untuk memilih dan tidak diizinkan meninggalkan wilayah itu selama pemungutan suara yang berlangsung selama empat hari.
Barat mencela pemungutan suara itu yang mereka sebut untuk membenarkan perang yang sudah berlangsung selama tujuh bulan. "Mengikuti referendum-referendum itu, Rusia tentu akan menghormati ekspresi kehendak masyarakat yang sudah sejak lama menderita dari pelanggaran rezim neo-Nazi," kata Lavrov dalam konferensi pers usai pidatonya di Majelis Umum PBB, Jumat (25/9).
Ia ditanya apakah Rusia akan menggunakan senjata nuklir untuk melindungi wilayah-wilayah tersebut? Lavrov mengatakan wilayah Rusia termasuk wilayah "yang akan diabadikan" di konstitusi Rusia di masa depan "berada di bawah perlindungan penuh negara."
"Semua hukum, doktrin, konsep dan strategi Federasi Rusia berlaku pada semua wilayah," katanya, ia merujuk pada doktrin penggunaan senjata nuklir Rusia.
Pernyataan yang lebih eksplisit datang dari mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev yang merupakan sekutu dekat Presiden Vladimir Putin. Pada Kamis (22/9) lalu ia mengatakan semua senjata yang Rusia miliki termasuk senjata nuklir dapat digunakan untuk mempertahankan wilayah Rusia.
Menteri Luar Negeri Ukraina Dmytro Kuleba mengatakan pernyataan Lavrov dan pernyataan Putin sebelumnya "tidak bertanggung jawab" dan "sama sekali tidak dapat diterima."
"Ukraina tidak akan menyerah, kami meminta semua kekuatan nuklir untuk berbicara sekarang dan menegaskan pada Rusia retorika semacam itu akan membawa dunia ke dalam bahaya dan tidak akan ditoleransi," kata Kuleba di Twitter.