REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara (Korut) kembali menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke arah Laut Timur pada Ahad (9/10/2022) dini hari. Hal itu terjadi sehari setelah Korea Selatan (Korsel) dan Amerika Serikat (AS) menuntaskan latihan gabungan angkatan laut.
The Joint Chiefs of Staff (JCS) mengungkapkan, mereka mendeteksi peluncuran rudal dari Munchon di Provinsi Gangwon antara pukul 01.48 dan 01.58 waktu setempat. "Sambil memperkuat pemantauan dan kewaspadaan kami, militer kami mempertahankan postur kesiapan penuh dalam kerja sama erat dengan Amerika Serikat," kata JCS dalam pesan teks yang dikirim kepada wartawan, dilaporkan laman kantor berita Korsel, Yonhap.
Pada Sabtu (8/10/2022) lalu, Korut mengkritik latihan gabungan angkatan laut AS dan Korsel. Pyongyang secara khusus menyoroti keputusan Washington mengerahkan kapal induk USS Ronald Reagan dalam kegiatan tersebut. "Penempatan kembali Reagan adalah sebuah peristiwa percikan negatif yang sangat besar terhadap situasi regional," kata seorang juru bicara Kementerian Pertahanan Korut dalam sebuah pernyataan yang dirilis media pemerintah Korut.
Pada Kamis (6/10/2022) lalu, Korut telah meluncurkan dua rudal balistik. Menurut mereka, peluncuran tersebut merupakan respons atas latihan militer gabungan yang digelar Korsel dan AS. Saat itu pun Korut mengkritik keberadaan kapal induk USS Ronald Reagan. “Korut menyaksikan AS menjadi ancaman serius bagi stabilitas situasi di semenanjung Korea dan sekitarnya dengan mengerahkan kembali gugus tugas kapal induk di perairan lepas Semenanjung Korea,” kata Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) Korut dalam sebuah pernyataan.
Penembakan dua rudal balistik pada Kamis lalu merupakan peluncuran rudal keenam yang dilakukan Korut dalam waktu kurang dari dua pekan. Perdana Menteri Jepang Fumio Kishida telah mengecam aksi peluncuran rudal terbaru Korut. “Ini benar-benar tidak bisa ditoleransi,” ujarnya.
Pada Selasa (4/10/2022) lalu, Korut menembakkan rudal balistik jarak menengah ke atas wilayah Jepang. Hal tersebut seketika memicu kepanikan di antara warga Negeri Sakura. Merespons kejadian itu, Menteri Pertahanan Jepang Yasukazu Hamada menegaskan, negaranya tak menutup diri untuk melancarkan serangan balasan. “Mengingat situasi ini, kami akan terus memeriksa semua opsi, termasuk apa yang disebut kemampuan serangan balik. Kami terus bekerja untuk secara fundamental memperkuat kemampuan pertahanan kami,” ucapnya.
Dewan Keamanan PBB sempat menggelar pertemuan untuk membahas langkah Korut meluncurkan rudal balistik jarak menengah pada Selasa lalu. Menurut Korut, penembakan rudal itu merupakan respons atas latihan militer gabungan Korsel-AS.