REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Ukraina akan menghentikan sementara suplai listrik ke Uni Eropa. Hal itu karena pembangkit listrik mereka telah menjadi target serangan udara Rusia.
“Serangan rudal hari ini, yang menghantam pembangkit termal dan gardu listrik, memaksa Ukraina menangguhkan ekspor listrik mulai 11 Oktober 2022 untuk menstabilkan sistem energinya sendiri,” kata Kementerian Energi Ukraina dalam sebuah pernyataan, Senin (10/10/2022).
Menteri Energi Ukraina Herman Halushchenko mengatakan, serangan terbaru Rusia yang menargetkan fasilitas energi di negaranya merupakan yang terbesar selama peperangan berlangsung. Rusia melancarkan serangkaian serangan udara ke sejumlah kota di Ukraina, termasuk ibu kota Kiev, pada Senin pagi.
Menurut Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina, Rusia menembakkan 84 rudal jelajah dan 43 di antaranya berhasil ditembak jatuh sebelum mencapai sasaran. Dalam serangannya, Rusia turut mengerahkan 24 pesawat nirawak (drone), termasuk 13 unit drone Shahed-136 buatan Iran. Militer Ukraina pun berhasil menghancurkan 13 drone milik Rusia, termasuk 10 drone bunuh diri. Staf Umum Angkatan Bersenjata Ukraina meminta warga Ukraina untuk tetap tenang dan tidak mengabaikan peringatan serangan udara.
Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, selain mengincar warga sipil, serangan terbaru Rusia turut menargetkan fasilitas energi. “Mereka memiliki dua target. Fasilitas energi di seluruh negeri. Target kedua adalah masyarakat," kata Zelensky dalam sebuah video di media sosial setelah Rusia meluncurkan serangan udaranya.
Menurut Zelensky, lewat serangan udara yang menghantam sejumlah kota di Ukraina, termasuk ibu kota Kiev, Rusia mengharapkan terjadinya kepanikan dan kekacauan. “Mereka ingin menghancurkan sistem energi kami,” ucapnya.
Dia mengungkapkan, akibat serangan Rusia, mungkin akan ada pemadaman listrik sementara. “Tapi tidak akan pernah ada gangguan dalam kepercayaan kami; kepercayaan kami dalam kemenangan,” ujar Zelensky.