REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Lebih dari setengah pasukan pendudukan Israel beroperasi di kota-kota Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat. Menteri Pertahanan Israel Benny Gantz mengatakan, operasi militer dilakukan karena ada kebutuhan untuk mengintensifkan upaya ofensif dan defensif terhadap penduduk Palestina, serta operasi untuk mencegah hasutan terorisme di jejaring sosial.
"Kami berada dalam masa tegang, dan kadang-kadang juga menyakitkan. Kami hadir dalam kegiatan militer skala besar. Sebanyak 50 persen pasukan keamanan saat ini beroperasi di Yudea dan Samaria (wilayah pendudukan Tepi Barat)," ujar Gantz, dilansir Middle East Monitor, Jumat (14/10/2022).
Gantz mengatakan, sangat penting untuk memiliki kesiapan yang tepat di semua titik gesekan. Bahkan jika diperlukan, tentara Israel akan memperluas operasinya.
Pernyataan Gantz muncul saat otoritas pendudukan terus memaksakan pengepungan di kamp pengungsi Shuafat dan Kota Anata. Israel menutup pintu masuk dan melakukan penggerebekan sepanjang waktu ke rumah dan toko. Mereka juga menindas penduduk Palestina, serta menargetkan mereka dengan air limbah dan bom gas.
Aktivis dan komite di daerah itu memperingatkan bahwa persediaan makanan pokok akan habis jika pengepungan berlanjut. Bahkan perusahaan tidak diizinkan masuk untuk mengirimkan barang. Dalam sebuah wawancara dengan Ynet News, Gantz juga menyoroti aktivitas Lions' Den, sebuah kelompok perlawanan Palestina bersenjata yang beroperasi di Kota Nablus.
"Nablus, terutama Kota Tua, dan daerah Jenin adalah tantangan terbesar. Oleh karena itu, kami telah memperkuat kekuatan dan upaya intelijen, ofensif dan defensif di sekitar Nablus," kata Gantz.
Lebih dari 170 warga Palestina telah tewas tahun ini. Sementara empat lainnya tewas akhir pekan lalu.