REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Sedikitnya sepuluh anak telah meninggal karena leukimia dan sembilan lainnya dalam kondisi kritis setelah menerima obat kedaluwarsa di Ibu Kota Yaman, Sanaa, yang dipegang oleh milisi Houthi. Kementerian Kesehatan setempat mengatakan, anak-anak itu berusia antara tiga tahun hingga 15 tahun.
Sejak dimulainya perang di Yaman pada 2014, ada kekurangan akses ke sumber daya dasar, termasuk makanan dan obat-obatan. Hal ini menyebabkan terciptanya jaringan penyelundupan besar untuk memasok barang-barang yang dibutuhkan.
Beberapa dokter di Sanaa mengatakan, pejabat Houthi diam-diam bekerja sama dengan penyelundup obat-obatan. Mereka sering menjual pengobatan kedaluwarsa ke klinik swasta dari gudang penyimpanan di seluruh negeri. Kementerian Kesehatan di Sanaa mengkonfirmasi bahwa penyelidikannya menemukan ada kontaminasi bakteri dalam kemasan obat-obatan kedaluwarsa.
"Ada kontaminasi bakteri dalam wadah yang digunakan untuk obat," ujar pernyataan Kementerian Kesehatan, dilansir Middle East Monitor, Ahad (16/10/2022).
Sebuah sumber di Sanaa yang berbicara dengan syarat anonim memperkirakan, jumlah anak yang terkena dampak obat kedaluwarsa bisa lebih dari 19, karena ada 50 anak di unit yang sama. Keluarga anak-anak tersebut menolak untuk berbicara kepada media, karena takut asa reaksi balas dendam oleh Houthi.
Menurut laporan PBB, perang di Yaman telah mengakibatkan kematian lebih dari 377.000 orang. Ribuan orang meninggal karena makanan dan air yang terkontaminasi atau kelaparan.