Senin 17 Oct 2022 07:38 WIB

Pasukan Rusia dan Suriah Bunuh 20 Anggota Milisi

Anggota milisi itu terlibat dalam pengeboman bus pekan lalu.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Polisi militer Rusia memegang senjata di atas kendaraan lapis baja di Suriah Utara. Mayor Jenderal Rusia Oleg Yegorov mengatakan pasukan Rusia dan Suriah membunuh 20 anggota milisi dalam operasi di selatan Suriah.
Foto: Baderkhan Ahmad/AP
Polisi militer Rusia memegang senjata di atas kendaraan lapis baja di Suriah Utara. Mayor Jenderal Rusia Oleg Yegorov mengatakan pasukan Rusia dan Suriah membunuh 20 anggota milisi dalam operasi di selatan Suriah.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSKOW -- Mayor Jenderal Rusia Oleg Yegorov mengatakan pasukan Rusia dan Suriah membunuh 20 anggota milisi dalam operasi di selatan Suriah. Termasuk milisi yang bertanggung jawab meledakan bus pasukan.

"Kelompok Rusia berinteraksi dengan unit-unit keamanan angkatan bersenjata Suriah menggelar operasi khusus di Kota Jasim, Provinsi Dera, di selatan (Suriah) untuk menyingkirkan pejuang ISIS," kata Yegorov seperti dikutip kantor berita TASS, Senin (17/10/2022).

Baca Juga

TASS mengatakan para anggota milisi itu terlibat dalam pengeboman bus pekan lalu. Serangan itu yang terjadi di dekat Damaskus itu menewaskan setidaknya 18 prajurit Suriah.

Yegorov mengatakan para milisi yang tewas dalam operasi di Dera termasuk perencana serangan bus serta serangan lain yang berkaitan dengan operasi ISSI di Dera dan Provinsi Raqqa. Kantor berita Reuters belum dapat memverifikasi secara independen laporan itu.

Serangan bus merupakan salah satu serangan terhadap pasukan pemerintah Suriah di luar garis pertempuran paling mematikan dalam beberapa bulan terakhir. Tidak ada yang mengaku bertanggung jawab dan belum ada komentar dari pihak berwenang Suriah.

Perang Suriah yang sudah berlangsung selama satu dekade telah menewaskan ratusan ribu orang dan menghancurkan negara itu. Pasukan Rusia ditempatkan di Suriah sejak 2015 untuk membantu pemerintah merebut kembali wilayah yang diambil pemberontak.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement