REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK -- Wakil Duta Besar Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) Dmitry Polyanskiy menyatakan rasa tidak optimis tentang pembaruan kesepakatan pengiriman biji-bijian dan pupuk dari tiga pelabuhan Ukraina yang ditengahi oleh Turki dan PBB. Padahal sebelumnya, PBB telah berusaha untuk memperpanjang kesepakatan Black Sea Grain Initiative yang akan berakhir pada November.
"Tergantung apa yang kita dapatkan dari kesepakatan ini. Sejauh ini, kami mendapat sangat sedikit. Saya tidak akan terlalu optimis pada tahap ini," kata Polyanskiy kepada Anadolu Agency.
Kemungkinan berakhirnya kesepakatan yang ditandatangani pada 22 Juli ini, menurut Polyanskiy, akibat tidak dilaksanakannya janji yang sudah diberikan. "Kami ingin bagian kami dari kesepakatan itu dilaksanakan," katanya.
Pihak berwenang Rusia telah mengeluh bahwa sanksi Barat secara tidak langsung menghambat ekspor biji-bijian dan pupuk negara itu meskipun ada kesepakatan yang sudah disepakati antara Turki, PBB, Rusia, dan Ukraina. "Ada efek tidak langsung dari sanksi. Ada kepatuhan yang berlebihan dari perusahaan-perusahaan Barat, dan ada keinginan yang jelas dari negara-negara Barat untuk memperbaiki situasi ini," kata Polyanskiy.
Kesepakatan itu awalnya ditandatangani untuk masa berlaku hingga 120 hari. PBB sedang berusaha untuk memperpanjang dan memperluas kesepakatan gandum Ukraina selama satu tahun lagi.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan pada 17 Oktober, diskusi akan berlanjut untuk memperluas dan memperpanjang kesepakatan biji-bijian. Kesepakatan sebelumnya menghasilkan pembukan kembali tiga pelabuhan Ukraina, Odessa, Chornomorsk dan Yuzhny untuk pengiriman biji-bijian yang telah macet selama berbulan-bulan mengakibatkan semakin buruknya krisis pangan secara global.