REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan pada Jumat (21/10/2022), terorisme digital menimbulkan ancaman bagi keamanan. Dia menekankan diversifikasi sumber berita dan peningkatan keterlibatan media, terutama media sosial, dalam kehidupan sehari-hari membawa banyak keuntungan sekaligus risiko vital.
Erdogan mengatakan terorisme digital menimbulkan ancaman yang jelas tidak hanya bagi demokrasi dan perdamaian sosial tetapi juga bagi keamanan nasional negara-negara tersebut. "Polusi informasi dan disinformasi adalah garis depan dari ancaman ini," kata Erdogan dikutip dari Anadolu Agency dalam penyampaian di Konferensi Menteri Penerangan Organisasi Kerja Sama Islam ke-12 di Istanbul.
Dalam konferensi dua hari itu, para menteri dan perwakilan tingkat tinggi dari 57 negara akan membahas isu-isu yang akan memperdalam kerja sama di bidang media, komunikasi, dan informasi di dunia Islam. Pertemuan bertemakan Combating Disinformation and Islamophobia in the Post-Truth Era ini bertujuan untuk mengembangkan dan memperkuat kerja sama negara-negara Islam di bidang media dan komunikasi.
"Berita palsu dan dukungan untuk organisasi teroris merupakan satu sisi mata uang, sementara sisi lainnya adalah Islamofobia dan Xenofobia," kata Erdogan.
Sedangkan Direktur Komunikasi Fahrettin Altun mengatakan ada peningkatan diskriminasi, kebencian, dan permusuhan terhadap Islam dan Muslim di seluruh dunia, terutama di negara-negara Barat. “Di bawah payung organisasi kami, kami perlu menerapkan mekanisme yang akan dioperasikan secara global dalam memerangi Islamofobia,” kata Altun.