Senin 24 Oct 2022 06:55 WIB

Johnson Mengundurkan Diri dari Pemilihan Perdana Menteri Inggris

Boris Johnson gagal mendapatkan dukungan dari pesaingnya dalam pemilihan.

Rep: Dwina Agustin/Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Perdana Menteri Boris Johnson saat berkunjung ke Polisi Thames Valley, di Kantor Polisi Milton Keynes di Buckinghamshire, Inggris, Rabu 31 Agustus 2022. Perdana Menteri Boris Johnson telah memasuki minggu terakhir jabatannya menjelang pemilihan pemimpin baru Partai Konservatif , yang juga akan mengambil jabatan Perdana Menteri.
Foto: AP/Andrew Boyers/PA
Perdana Menteri Boris Johnson saat berkunjung ke Polisi Thames Valley, di Kantor Polisi Milton Keynes di Buckinghamshire, Inggris, Rabu 31 Agustus 2022. Perdana Menteri Boris Johnson telah memasuki minggu terakhir jabatannya menjelang pemilihan pemimpin baru Partai Konservatif , yang juga akan mengambil jabatan Perdana Menteri.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON -- Boris Johnson mengundurkan diri dari kontes pemilihan perdana Inggris yang baru pada Ahad (23/10/2022). Dia mengatakan, meski memiliki cukup dukungan untuk membuat pemungutan suara terakhir, mantan perdana menteri itu menyadari negara dan Partai Konservatif membutuhkan persatuan.

"Oleh karena itu saya khawatir hal terbaik adalah saya tidak mengizinkan pencalonan saya untuk maju dan memberikan dukungan saya kepada siapa pun yang berhasil," kata Johnson dalam sebuah pernyataan pada Ahad malam.

Baca Juga

Johnson telah kembali pulang dari liburan di Karibia untuk mencoba dan mendapatkan dukungan dari 100 anggota parlemen untuk memasuki pemungutan suara pemilihan pemimpin partai pada Senin (24/10/2022). Pemilihan tersebut untuk menggantikan Liz Truss yang menggantikannya pada September, setelah Johnson dipaksa mundur karena serangkaian skandal.

Johnson mengatakan, telah mendapatkan dukungan dari 102 anggota parlemen dan bisa saja kembali ke Downing Street. Namun, dia gagal membujuk Rishi Sunak atau pesaing lainnya Penny Mordaunt. Kegagalan ini akhirnya menyadarkannya untuk memilih mundur dan mendorong persatuan untuk kepentingan nasional.

"Saya yakin saya memiliki banyak hal untuk ditawarkan tetapi saya khawatir ini bukan waktu yang tepat," ujarnya.

Pernyataan Johnson kemungkinan membuka jalan bagi saingan beratnya, mantan Menteri Keuangan Sunak yang berusia 42 tahun untuk menjadi perdana menteri. Jika dikonfirmasi oleh para anggota parlemen, dia akan menggantikan Truss yang terpaksa mengundurkan diri setelah meluncurkan program ekonomi yang memicu gejolak di pasar keuangan.

Menurut aturan pemilihan yang dipercepat, jika hanya satu kandidat yang mendapat dukungan dari 100 anggota parlemen Konservatif, mereka akan diangkat menjadi perdana menteri pada  Senin. Jika terdapat dua kandidat melewati ambang batas, mereka akan maju ke pemungutan suara keanggotaan partai, dengan pemenang diumumkan pada Jumat (28/10/2022). Ketetapan ini beberapa hari sebelum Menteri Keuangan baru Jeremy Hunt mengungkapkan keadaan keuangan negara dalam rencana anggaran yang jatuh tempo yang akan dirilis pada 31 Oktober.

Isu kembalinya Johnson dalam persaingan perdana menteri telah menimbulkan kekhawatiran bahwa dia akan kembali ke Downing Street dengan dukungan anggota partai, bukan mayoritas anggota parlemen di parlemen. Kondisi ini akan membuat sebagai pemimpin yang lemah.

Beberapa pendukung Johnson dapat beralih ke Mordaunt yang telah menampilkan dirinya sebagai kandidat persatuan, walau banyak yang segera beralih ke Sunak. Sebuah sumber yang dekat dengan kampanye Mordaunt mengatakan, mantan menteri pertahanan itu akan melanjutkan kontes tersebut.

"Dia adalah kandidat pemersatu yang kemungkinan besar akan menyatukan sayap Partai Konservatif," kata sumber itu. 

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement