REPUBLIKA.CO.ID, ST. LOUIS -- Seorang laki-laki bersenjata masuk ke sekolah menengah Central Visual and Performing Arts High School di St. Louis pada Senin (24/10/2022) pagi. Pelaku berteriak, "kalian semua akan mati" sebelum menembak guru dan para siswa.
Polisi dan pelaku sempat terlibat baku tembak. Pelaku tewas dalam baku tembak itu. Diketahui, dua orang tewas dan tujuh lainnya terluka. Penembakan itu berlangsung selama 15 menit sejak telepon pertama meminta pertolongan pada Senin (24/10) pukul 9:10 pagi waktu setempat.
Serangan ini memaksa siswa untuk membarikade pintu dan berkerumun di sudut kelas, termasuk melompat dari jendela dan berlari keluar gedung untuk mencari keselamatan. Seorang gadis yang diteror mengatakan, dia berhadapan langsung dengan si penembak namun pistolnya tampak macet.
Berbicara pada konferensi pers, Kepala Polisi Michael Sack mengatakan, seorang penjaga keamanan, bersama dengan petugas polisi bertindak cepat dan berlari ke arah tembakan untuk membantu mengakhiri penembakan sebelum lebih banyak orang terbunuh atau terluka.
Polisi mengidentifikasi pelaku sebagai Orlando Harris yang berusia 19 tahun. Dia lulus dari Sekolah itu tahun lalu. Polisi belum mengungkap motif pelaku. Sack menyatakan, Harris tidak memiliki sejarah kriminal sebelumnya. Tapi dalam konferensi pers ia mengatakan pelaku mungkin menderita penyakit mental.
"Terdapat kecurigaan mungkin memang ada semacam penyakit jiwa yang ia alami, kami sedang mengembangkan informasi itu saat ini," kata Sack, Selasa (25/10/2022).
Pihak berwenang tidak menyebutkan nama para korban, tetapi surat kabar lokal Post-Dispatch St. Louis mengidentifikasi guru yang meninggal itu sebagai Jean Kuczka (61 tahun) yang mengajar pendidikan jasmani dan kesehatan. Putri Kuczka mengatakan, ibunya terbunuh ketika pria bersenjata itu masuk ke kelasnya.
Disebutkan pula seorang remaja perempuan 16 tahun tewas terbunuh. Empat remaja lainnya mengalami luka tembak dan lebih dari tiga remaja mengalami luka lain.
Pengawas Sekolah St. Louis Kelvin Adams mengatakan, tujuh penjaga keamanan berada di sekolah pada saat serangan, masing-masing ditempatkan di pintu masuk gedung yang terkunci dan dilengkapi metal detector. Salah satu penjaga melihat pria bersenjata itu mencoba masuk melalui pintu yang terkunci, tetapi tidak bisa. Penjaga itu memberi tahu pejabat sekolah dan menghubungi polisi.
"Tanggapan yang tepat waktu oleh petugas keamanan itu, dan fakta bahwa pintu yang terkunci itu membuat tersangka tertahan sejenak, sehingga memberi kami waktu," kata Sack.
Sack tidak menjelaskan bagaimana pelaku akhirnya bisa masuk ke sekolah. Pelaku digambarkan membawa senjata laras panjang. Central Visual and Performing Artis High School yang memiliki 383 siswa berbagi gedung dengan sekolah lainnya, yaitu Central Collegiate School of Medicine and Bioscience, yang mempunyai 336 siswa.
"Petugas bekerja untuk mengeluarkan siswa dari gedung tiga lantai, kemudian berlari ke arah tembakan itu, menemukan pelaku dan terjadi baku tembak hingga pelaku tewas," ujar Sack.
Guru matematika David Williams mengatakan pada Post-Dispatch, kepala sekolah memperingatkan staf dan siswa adanya pelaku penembakan di dalam sekolah dengan kode yang sudah ditetapkan. Ia mengatakan mendengar suara tembakan di luar kelas, jendela kelasnya ditembak dari luar.
Penembakan di St. Louis terjadi pada hari yang sama ketika seorang remaja Michigan mengaku bersalah atas terorisme dan pembunuhan tingkat pertama dalam penembakan di sekolah yang menewaskan empat siswa pada Desember 2021.
Penembakan itu membuat Walikota St. Louis, Tishaura Jones terguncang. Dia mengatakan, anak-anak seharusnya tidak mengalami insiden ini dan berada di tempat yang aman.
“Anak-anak kita seharusnya tidak mengalami ini. Mereka tidak seharusnya menghadapi penembak aktif, dan sayangnya itu terjadi hari ini," kata Jones.
Menurut penghitungan oleh Education Week penembakan di sekolah St. Louis adalah yang ke-40 sepanjang tahun ini, yang mengakibatkan cedera atau kematian. Serangan mematikan terjadi di Robb Elementary School di Uvalde, Texas, pada Mei. Dalam insiden itu, 19 anak dan dua guru meninggal.