REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN -- Menteri Luar Negeri Iran Hossein Amirabdollahian mengatakan, negaranya tidak akan membiarkan serangan ke kuil Syiah di kota Shiraz dibiarkan tanpa respons tegas. Dia menekankan, Iran tidak akan membiarkan aksi teror mempermainkan keamanan dan kepentingan nasional.
"Kami tentu tidak akan membiarkan keamanan dan kepentingan nasional Iran dipermainkan oleh teroris serta campur tangan asing yang mengklaim membela hak asasi manusia," kata Amirabdollahian dalam sebuah pernyataan yang disiarkan media pemerintah, Kamis (27/10).
Menurut dia, serangan ke kuil Syiah Shah Cheragh di kota Shiraz membuat niat jahat dari para pendukung teror dan kekerasan di Iran gamblang terlihat. “Ada informasi yang dapat dipercaya bahwa musuh telah menyusun proyek berlapis-lapis untuk membuat Iran tidak aman,” ujarnya.
Amirabdollahian tak mengungkap secara eksplisit tentang siapa yang dimaksudnya dengan "musuh". Terlepas dari pernyataan Amirabdollahian, kelompok ISIS mengklaim bertanggung jawab atas serangan bersenjata ke kuil Shah Cheragh yang menewaskan sedikitnya 15 orang dan melukai lebih dari 40 lainnya.
Lewat saluran Telegram resminya, ISIS mengatakan, serangan ke kuil Shah Cheragh dilakukan oleh tiga anggotanya. “Membunuh sedikitnya 20 warga Syiah dan melukai puluhan lainnya,” kata ISIS.
Menurut laporan media setempat, serangan ke kuil Shah Cheragh yang terjadi pada Rabu malam memang dilakukan tiga pria bersenjata. Aparat keamanan telah menangkap dua pelaku. Sementara satu lainnya masih buron.
Media Nour yang dikelola pemerintah sempat menyebut bahwa para pelaku bukanlah warga Iran. Sementara itu Fars News Agency melaporkan bahwa di antara para korban tewas, terdapat seorang wanita dan dua anak-anak.
Serangan ke kuil Syiah terjadi saat Iran masih menghadapi krisis akibat tewasnya Mahsa Amini. Dia adalah seorang perempuan berusia 22 tahun yang diduga tewas akibat dianiaya polisi moral Iran. Kematiannya telah memicu gelombang demonstrasi besar-besaran di negara tersebut. Menurut laporan, lebih dari 200 pengunjuk rasa telah tewas sejak aksi memprotes kematian Mahsa Amini bergulir. Sementara ribuan lainnya ditangkap.