REPUBLIKA.CO.ID, WARSAW -- Perdana Menteri Polandia Mateusz Morawiecki mengatakan pada Jumat (28/10/2022), perusahaan Amerika Serikat (AS) Westinghouse Electric Co akan membangun pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) pertama Polandia. Pengumuman ini membenarkan keputusan yang telah lama ditunggu-tunggu untuk mengurangi emisi karbon negara itu dan menghapuskan batubara.
"Kami mengonfirmasi proyek energi nuklir kami akan menggunakan teknologi @WECNuclear yang andal dan aman," kata Morawiecki di Twitter.
Westinghouse bersaing dengan PLTN Korea milik pemerintah Korea Selatan yang mengajukan penawaran pada bulan April. Warsawa juga berbicara dengan perusahaan Paris tentang proyek tersebut.
Warsawa telah mencari mitra untuk membangun enam sampai sembilan gigawatt (GW) kapasitas nuklir dan menyediakan pembiayaan ekuitas hingga 49 persen untuk proyek tersebut. Ini direncanakan untuk memilih teknologi untuk tiga reaktor pertama pada akhir 2022, dengan set pertama untuk memulai operasinya pada 2033.
"Kami memahami bahwa keputusannya adalah untuk tiga reaktor pertama dan kami berharap Polandia pada akhirnya akan membangun enam reaktor AP1000 dari Westinghouse dan akan membuat keputusan resmi tentang set kedua dari tiga di kemudian hari," ujar pejabat AS.
"Kemitraan AS dalam proyek ini bermanfaat bagi kita semua: kita dapat mengatasi krisis iklim, memperkuat keamanan energi Eropa, dan memperdalam hubungan strategis AS-Polandia," kata Wakil Presiden AS Kamala Harris dalam sebuah tweet.
Harris bekerja untuk membantu Westinghouse mengamankan kontrak bersama dengan Menteri Energi Polandia Jennifer Granholm. Mereka terlibat dengan Morawiecki beberapa kali selama setahun terakhir. Proyek ini akan menciptakan ribuan pekerjaan bagi warga Amerika.
Menurut pejabat senior AS, pemilihan Westinghouse dan AS mengirim pesan kepada Presiden Rusia Vladimir Putin tentang kekuatan dan penyatuan aliansi AS-Polandia. Pilihan Warsawa untuk bermitra dengan Washington menggarisbawahi penekanan pada saat keamanannya menjadi sorotan usai Moskow menurunkan pasukan di Kiev pada Februari lalu.