REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI -- Menteri Energi Uni Emirat Arab (UEA) Suhail al-Mazrouei pada Senin (31/10/2022) mengatakan, OPEC+ tertarik untuk menyediakan pasokan minyak yang dibutuhkan dunia. Dia menekankan bahwa aliansi produsen minyak utama akan selalu berada dalam posisi untuk menyeimbangkan pasar.
"OPEC+ akan selalu menjadi organisasi teknis tepercaya untuk menyeimbangkan pasokan dan permintaan minyak," kata al-Mazrouei.
Utusan energi Amerika Serikat (AS) Amos Hochstein memperingatkan, energi harus dihargai dengan cara yang memungkinkan pertumbuhan ekonomi. Menurutnya perlu lebih banyak investasi di sektor minyak dan gas.
Belum lama ini OPEC+ menyetujui pengurangan produksi minyak. Pemerintah AS menyebut keputusan itu mengejutkan dan picik.
Produsen OPEC+ berkumpul di sekitar Arab Saudi, yang merupakan pengekspor minyak utama, setelah Amerika Serikat menuduh kerajaan Saudi mendorong negara-negara anggota OPEC+ untuk mengurangi produksi minyak.
Rusia merupakan salah satu anggota OPEC+. Washington mengatakan, keputusan pengurangan produksi minyak dapat menguntungkan Rusia. Washington juga menuduh Riyadh mendukung Rusia melalui keputusan tersebut. Perihal keputusan itu, AS akan mengevalusi hubungannya dengan Saudi.
"Orang-orang diizinkan untuk memiliki perbedaan pendapat. Ini jauh lebih sedikit drama daripada yang dipikirkan orang," ujar Hochstein.
OPEC+ diperkirakan akan mengadakan pertemuan berikutnya di Wina pada 4 Desember. Pertemuan ini digelar satu hari sebelum kesepakatan oleh negara-negara Kelompok Tujuh (G7) untuk memberlakukan pembatasan penjualan minyak Rusia dengan harga rendah.
Arab Saudi dan Uni Emirat Arab merupakan dua produsen minyak terbesar di dunia. Menteri Energi Saudi, Pangeran Abdulaziz bin Salman, pada Senin, Saudi dan UEA meningkatkan produksi dan pemurnian serta mendorong hidrogen bersih.
"Kami dan UEA akan menjadi produsen teladan," kata Abdulaziz.
Kepala Eksekutif Abu Dhabi National Oil Co (ADNOC) Sultan al-Jaber mengatakan, menghilangkan investasi hidrokarbon karena penurunan alami dapat menyebabkan hilangnya 5 juta barel minyak per hari per tahun dari pasokan saat ini. "Datanya jelas. Jika kita menghilangkan investasi hidrokarbon karena penurunan alami, kita akan kehilangan 5 juta barel minyak per hari setiap tahun dari pasokan saat ini," ujarnya.
Al-Jaber mengatakan, dunia membutuhkan energi maksimum dan emisi minimum. "Ini fakta sulitnya, rantai pasokan global terus rapuh. Geopolitik sekarang lebih kompleks, terfragmentasi, dan terpolarisasi dari sebelumnya," katanya.