REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Pejabat Otoritas Palestina, Ghassan Daghlas memperingatkan eskalasi serangan pemukim Yahudi terhadap warga Palestina di wilayah pendudukan Tepi Barat. Kantor Nasional PLO untuk Pertahanan Tanah dan Perlawanan Terhadap Pemukiman telah mencatat setidaknya 110 serangan yang dilakukan oleh pemukim Yahudi terhadap warga Palestina sejak awal Oktober. Separuh dari serangan ini dikonfirmasi terjadi selama sepuluh hari terakhir.
"Ada indikasi eskalasi serangan pemukim, dan melakukan aksi teroris terhadap warga Palestina dan harta benda mereka," kata Daghlas, dilaporkan Middle East Monitor, Senin (31/10/2022).
Daghlas mengatakan, serangan oleh pemukim ilegal terhadap orang-orang Palestina di wilayah pendudukan merupakan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan. Serangan ini sebagai bagian dari "pembersihan etnis" oleh Israel terhadap warga Palestina.
Kepala Staf Umum Pasukan Pertahanan Israel, Aviv Kochavi telah memerintahkan komandan senior untuk menekan kekerasan terhadap pemukim Yahudi di wilayah pendudukan Tepi Barat setelah serangan itu memicu kecaman internasional yang meluas. Langkah ini kontras dengan pengumuman pemerintah Israel pada Juli yang mendukung proyek "Magen". Proyek tersebut bertujuan menjadikan kelompok milisi pemukim Yahudi sebagai pasukan cadangan bersama dengan tentara dan polisi.
Selain itu, pemukim Yahudi dilaporkan telah meminta izin kepada militer Israel untuk memasok senapan mesin M4 dan M16. Senapan mesin otomatis ini tidak memadai untuk membela diri. Permintaan izin ini mengindikasikan bahwa pemukim berencana untuk meningkatkan serangan terhadap warga Palestina. Karena selama ini pemukim menyerang warga sipil Palestina yang tidak bersenjata.
Badan-badan keamanan Israel tampak cemas dengan perkembangan ini. Mereka meyakini peningkatan eskalasi dapat menyebabkan lebih banyak ketidakstabilan di wilayah Palestina.
Beberapa bulan yang lalu, para pemukim mulai membentuk milisi yang disebut "Pengawal Sipil" untuk melakukan operasi pembersihan di jalan yang melewati Huwara, di selatan Nablus. Menurut PLO, milisi ini beroperasi di bawah tentara pendudukan dan bergantung pada izin senjata api yang dikeluarkan oleh Administrasi Sipil, yang dijalankan oleh perwira tentara.
Kantor Nasional PLO mengatakan, kegiatan milisi ini tidak terbatas pada melindungi pemukim di jalan, tetapi melakukan operasi teroris. Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel, Omer Bar Lev, baru-baru ini mengakui bahwa para pemukim terlibat dalam "terorisme terorganisir" terhadap orang-orang Palestina di Tepi Barat.
Kantor Nasional PLO mengatakan, penyebaran senjata di tangan pemukim bukanlah fenomena baru. Menurutnya penggunaan senjata tentara oleh pemukim untuk mengintimidasi warga Palestina bukan lagi rahasia. Laporan video mendokumentasikan bukti ini ketika seorang pemukim menembaki warga Palestina menggunakan senjata kelas militer di desa At-Tuwani selatan Hebron pada 26 Juni.
Belum lama ini, seorang tentara Israel tertangkap kamera sedang menginstruksikan seorang pemukim tentang cara menggunakan bom gas terhadap warga Palestina di Kota Burin, selatan Nablus. Sementara video lain menunjukkan seorang warga Israel berseragam menyerahkan sebuah bom gas kepada pemukim dan mengajari penggunaan bom itu.