REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengatakan ancaman beberapa kandidat Partai Republik yang menolak hasil pemilihan 8 November mendatang bila mereka kalah merupakan ancaman pada demokrasi. Ia menyalahkan mantan Presiden Donald Trump yang menginspirasi tindakan tersebut.
"Jangan salah, demokrasi ada di surat suara kita semua," kata Biden dalam pidatonya beberapa hari sebelum warga AS memutuskan apakah Demokrat mempertahankan kekuasaan di Senat dan House of Representative atau menyerahkannya ke Republik, Rabu (2/11/2022).
Hak ini ia sampaikan di Union Station di Washington yang tidak jauh dari Capitol Hill. Ia menggunakan penyerangan terhadap suami ketua House Nancy Pelosi yakni Paul di San Francisco sebagai bukti demokrasi sedang terancam setelah pendukung Trump menyerang gedung Kongres dua tahun yang lalu.
"Pelaku penyerangan masuk ke rumah bertanya, 'Di mana Nancy? Di mana Nancy? Kalimat yang sama dengan yang digunakan gerombolan ketika mereka menyebur Capitol Hill pada 6 Januari," kata Biden.
Ia meminta pemilih untuk "berpikir dengan keras dan lama tentang momen" itu. "Saat saya berdiri di sini hari, terdapat kandidat yang maju dalam pemilihan setiap jabatan di AS mulai dari gubenur, Kongres, jaksa agung, sekretaris negara bagian yang tidak menerima hasil pemilihan yang mereka ikuti," katanya.
Biden mengatakan mereka yang menolak hasil pemilu terinspirasi Trump yang ingin maju lagi dalam pemilihan presiden 2024. Sementara Biden masih mempertimbangkan apakah ia akan menjabat lagi untuk empat tahun ke depan.
Biden mengatakan "demokrasi Amerika sedang diserang" karena Trump tidak menerima hasil pemilu 2020 yang dimenangkan Biden. "Ia menolak menerima kehendak rakyat, ia menolak ia kalah," kata Biden.
Biden terlibat dalam kampanye Demokrat yang sibuk beberapa hari sebelum pemilu sela. Kemungkinan ia akan kehilangan kendali di Kongres sebab Partai Republik diperkirakan memenangkan House sementara Senat masih dipertahankan Demokrat.
Biden mengatakan "nasib bangsa" terletak di tangan rakyat. Ia mengakhiri pidatonya yang berdurasi 20 menit dengan pernyataan optimistis.
"Sesama rakyat Amerika, kami akan bertemu lagi pada momen ini, kita semua harus ingat siapa kita, kita Amerika Serikat, tidak ada yang tidak bisa kita lakukan bisa kita bersatu," katanya.
Kecurangan pemilu sangat jarang terjadi di AS tapi banyak warga AS yang mulai khawatir. Jajak pendapat Reuters/Ipsos menemukan 49 persen warga AS menilai ada masalah kecurangan pemilu, sekitar 34 persen simpatisan Demokrat dan 69 persen simpatisan Republik.
Sekitar 44 persen diantaranya khawatir pemilihan AS dicurangi. Sekitar 28 persen diantaranya simpatisan Demokrat dan 62 persen simpatisan Republik. Tapi sebanyak 67 persen yakin suara mereka dihitung dengan akurat.