REPUBLIKA.CO.ID, JEMBER -- Konsul Jenderal (Konjen) Australia di Surabaya, Jawa Timur, Fiona Hoggart mengatakan, polemik Pulau Pasir tidak memengaruhi hubungan baik antara Indonesia dengan Australia karena sebenarnya potensi konflik tersebut tidak ada.
"Australia dan Indonesia sudah lama setuju terkait status kepemilikan Pulau Pasir itu sehingga sama sekali tidak ada masalah dengan hal itu," katanya usai memberikan kuliah umum kepada mahasiswa Hubungan Internasional FISIP Universitas Jember (Unej), di Jember, Senin (7/11/2022).
Konflik Pulau Pasir tersebut sempat ditanyakan salah seorang mahasiswa hubungan internasional yang menjadi peserta kuliah umum tersebut. Ia menyayangkan adanya polemik Pulau Pasir di media sosial yang terkadang di blow up selama beberapa hari kemudian isu tersebut akan hilang dengan sendirinya.
"Selama ini, Australia dan Indonesia di tingkat pemerintahan, kemitraan, dan hubungannya sekarang sangat dekat karena sebagai negara tetangga," tuturnya.
Bahkan Perdana Menteri Australia yang baru Anthony Albanese belum dua pekan dilantik langsung melakukan pertemuan dengan Presiden Joko Widodo di Jakarta dan melanjutkan kunjungannya ke Makassar, Sulawesi Selatan. "Pekan depan Anthony akan datang lagi untuk mendukung Indonesia sebagai Presidensi G20 sehingga hubungan kedua negara sama sekali tidak ada masalah," katanya.
Ia mengatakan, adanya masalah kecil dan besar dengan negara tetangga adalah hal biasa, namun kedua negara merupakan sebuah keluarga dan saudara. "Indonesia dan Australia saling membantu dalam kebencanaan. Hubungan yang baik itu diharapkan dapat mendorong kawasan Asia Pasifik damai dan sejahtera," ujarnya.
Terkait isu AS menyiagakan pesawat tempur di Australia, Fiona mengatakan bahwa hal itu tidak benar dan pesawat tersebut disiagakan untuk menjaga kawasan Asia Pasifik yang damai dan sejahtera.
Sementara dalam kuliah umumnya, Fiona Hoggart kembali menegaskan pentingnya Indonesia bagi Australia karena Pemerintah Australia kini fokus mengembangkan kerja sama internasional dengan berbasis pada geopolitik dan geostrategissehingga Indonesia sebagai negara tetangga mendapatkan perhatian khusus.
Kuliah tamu berjudul "Indonesia-Australia Partnership" dimotori Laboratorium Kajian Politik dan Kawasan Program Studi Hubungan Internasional FISIP Unej.
Kegiatan itu dibuka Wakil Rektor III Unej Prof Bambang Kuswandi. Dalam sambutan pembukaan ia berharap kuliah umum Konjen Australia di Surabaya membuka wawasan dan cakrawala sivitas akademika FISIP akan posisi hubungan Indonesia dengan Australia, termasuk mendorong dosen dan mahasiswa melanjutkan studi ke Australia.