REPUBLIKA.CO.ID, AMSTERDAM -- Pemerintah Belanda pada Jumat (11/11/2022) memberikan izin untuk melepaskan pengiriman 20.000 ton pupuk Rusia yang tertahan di pelabuhan Rotterdam karena sanksi. Izin ini diberikan menyusul permintaan dari PBB.
"Pupuk itu akan dikirim ke Malawi melalui Program Pangan Dunia," kata Kementerian Luar Negeri dalam sebuah pernyataan.
Biji-bijian dan pupuk tidak termasuk dalam sanksi Uni Eropa. Namun pengiriman pupuk tersebut dibekukan karena individu yang terkena sanksi terlibat dengan perusahaan Rusia sebagai pemilik. Kementerian Luar Negeri Belanda menolak untuk mengidentifikasi perusahaan Rusia atau individu yang terkena sanksi. PBB pertama kali meminta agar pupuk itu diizinkan untuk dilepas pada akhir Oktober.
"Keputusan untuk melepaskan pupuk itu dibuat dengan pemahaman bahwa PBB akan memastikan bahwa pupuk itu dikirim ke lokasi yang disepakati, yaitu Malawi. Perusahaan Rusia dan individu yang terkena sanksi tidak akan mendapatkan apa-apa dari transaksi tersebut," kata pernyataan Kementerian Luar Negeri Belanda.
Pada 1 November, kantor berita Rusia, TASS melaporkan, produsen pupuk Rusia Uralchem-Uralkali siap untuk menyumbangkan 240.000 ton pupuk yang terjebak di gudang Uni Eropa dengan alasan kemanusiaan. Pengiriman pertama ditujukan ke Malawi.