Rabu 16 Nov 2022 17:13 WIB

Resmi Ditutup, Indonesia Serahkan Presidensi G20 ke India

India secara resmi mengambil alih kepresidenan G20 setelah KTT Bali berakhir

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Presiden Indonesia Joko Widodo (C-R) memberikan palu kepada Perdana Menteri India Narendra Modi (C-L) dalam upacara serah terima selama KTT Pemimpin G20 di Bali, Indonesia, 16 November 2022. Kepala Negara dan Kelompok Dua Puluh (G20) ke-17 Government Summit berlangsung dari 15 hingga 16 November 2022.
Foto: EPA-EFE/WILLY KURNIAWAN
Presiden Indonesia Joko Widodo (C-R) memberikan palu kepada Perdana Menteri India Narendra Modi (C-L) dalam upacara serah terima selama KTT Pemimpin G20 di Bali, Indonesia, 16 November 2022. Kepala Negara dan Kelompok Dua Puluh (G20) ke-17 Government Summit berlangsung dari 15 hingga 16 November 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, BADUNG - India secara resmi mengambil alih kepresidenan G20 setelah KTT Bali berakhir pada Rabu (16/11/2022). Sejumlah rangkaian jadwal KTT sempat terganggu oleh pertemuan darurat untuk membahas laporan tentang rudal yang menghantam wilayah Polandia di dekat Ukraina.

Saat KTT berakhir, para pemimpin ekonomi utama membuat deklarasi dan disetujui oleh semua anggota G20. Mayoritas anggota G20 mengatakan mereka menyesalkan agresi Rusia terhadap Ukraina.

Presiden RI Joko Widodo sebagai tuan rumah KTT G20 mengatakan, perang di Ukraina adalah isu paling diperdebatkan dari deklarasi para pemimpin G20. Jokowi juga mendesak semua pihak untuk tidak meningkatkan ketegangan lebih lanjut.

Jokowi mengatakan, ledakan rudal di Polandia sangat disesalkan. Jokowi menambahkan, bahwa perang telah menyebabkan kehancuran dan penderitaan manusia yang besar hingga membebani pemulihan ekonomi global.

"Sebagian besar anggota sangat mengutuk perang di Ukraina," kata deklarasi para pemimpin G20. Posisi yang diambil oleh China dan India belum jelas mengenai hal ini. Seperti diketahui kedua negara itu abstain dari resolusi serupa PBB pada Maret.

Namun, setidaknya tiga diplomat mengatakan pernyataan itu diterima dengan suara bulat. "Penggunaan atau ancaman penggunaan senjata nuklir tidak dapat diterima," kata deklarasi itu juga.

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement