REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengecam politisi internasional, organisasi nonpemerintah, dan media pada Jumat (25/11/2022). Kritik ini berangkat dari kurangnya reaksi terhadap serangan kelompok Kurdistan Workers Party (PKK)/People's Protection Units (YPG) terbaru yang menewaskan tiga warga sipil.
"Jika organisasi teroris telah membunuh guru dan anak-anak dengan cara yang keji di mana saja, itu akan mendominasi agenda selama berhari-hari, berminggu-minggu, dan berbulan-bulan," kata Erdogan dalam pidato di acara peringatan Hari Internasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Perempuan dikutip dari Anadolu Agency.
Pekan lalu, setidaknya tiga orang termasuk seorang anak dan seorang guru menjadi korban dalam beberapa serangan roket oleh kelompok YPG/PKK di provinsi Gaziantep tenggara Turki. "Ketika berbicara tentang Turki, selain pesan kecaman seperti air mata buaya, baik politisi, lembaga sosial masyarakat, maupun media tidak membuat keributan yang signifikan tentang hal itu," kata Erdogan.
Erdogan juga mengecam kegagalan para pembela hak asasi manusia dari Barat dalam berpihak pada ibu-ibu Diyarbakir yang anaknya diculik kelompok PKK. "Di mana kelompok hak asasi manusia global? Apakah mereka pernah datang dan mengunjungi ibu-ibu Diyarbakir?" ujarnya.
Sejak 3 September 2019, keluarga yang anak-anaknya diduga diculik atau direkrut secara paksa oleh PKK telah berkemah di luar kantor Peoples’ Democratic Party (HDP) Diyarbakir.
Partai tersebut menurut pemerintah Turki memiliki hubungan dengan kelompok PKK dan saat ini sedang menghadapi kasus penutupan di pengadilan tertinggi negara. Demonstrasi telah menyebar ke provinsi lain, termasuk Van, Mus, Sirnak, dan Hakkari.
Dalam lebih dari 35 tahun, PKK melakukan perlawanan terhadap Turki dan merupakan kelompok yang terdaftar sebagai organisasi teroris oleh Turki, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. YPG adalah cabang PKK di Suriah dan merupakan kelompok sekutu Amerika Serikat dalam memerangi ISIS.