Ahad 27 Nov 2022 22:32 WIB

Aksi Protes Kebijakan Pengendalian Covid-19 di China Meluas

Demonstan berteriak menolak tes PCR.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Dwi Murdaningsih
 Seorang pria menjalani tes COVID-19 di kompleks barikade di Beijing, China, 26 November 2022. Menurut Komisi Kesehatan Nasional, China telah melaporkan 35.183 kasus COVID-19 baru pada 25 November, menjadikannya rekor tertinggi untuk ketiga kalinya berturut-turut. hari karena negara terus menahan wabah di beberapa kota seperti Guangzhou dan Chongqing di selatan.
Foto:

 
 
Ada satu kelompok yang lebih tenang dan membawa lilin, bunga, dan tanda penghormatan kepada mereka yang tewas dalam kebakaran apartemen.  Sementara kelompok lainnya meneriakkan slogan dan menyanyikan lagu kebangsaan.
 
Awalnya aksi protes berjalan damai. Namun sekitar jam 3 pagi, protes berubah menjadi kekerasan.  Polisi mulai mengepung para pengunjuk rasa dan membubarkan kelompok pertama yang lebih aktif, sebelum pengunjuk rasa gelombang kedua datang.
 
Seorang pengunjuk rasa yang hanya mengidentifikasi dirinya sebagai Zhao mengatakan, salah satu temannya dipukuli oleh polisi dan dua teman lainnya disemprot merica. Zhao mengatakan, polisi menginjak kakinya ketika dia mencoba menghentikan mereka membawa temannya pergi. 
 
Dia kehilangan sepatunya dan meninggalkan protes tanpa alas kaki. Zhao mengatakan pengunjuk rasa meneriakkan slogan-slogan termasuk, "(Kami) tidak menginginkan PCR (tes), tetapi menginginkan kebebasan".  
 
Sebelumnya pendekatan China untuk mengendalikan Covid-19 dengan penguncian ketat dan pengujian massal dipuji oleh warganya sendiri, karena meminimalkan kematian pada saat negara lain menderita gelombang infeksi cukup parah. Namun dalam beberapa minggu terakhir, sikap itu telah berubah karena tragedi di bawah penegakan kebijakan nol Covid-19 yang berlebihan.
 
Di Shanghai ratusan polisi membentuk barikade di sekitar pengunjuk rasa untuk membubarkan mereka. Selama beberapa jam polisi memecah pengunjuk rasa menjadi kelompok-kelompok kecil, dan memindahkan mereka dari Jalan Urumqi. Menjelang pukul 5 pagi pada Ahad, polisi berhasil membubarkan kerumunan.
 

 

Sementara itu di Beijing, mahasiswa Universitas Tsinghua mengadakan demonstrasi pada Ahad sore di depan salah satu kafetaria sekolah.  Tiga wanita muda awalnya berdiri di sana dengan pesan sederhana yaitu mengucapkan belasungkawa bagi para korban kebakaran apartemen Urumqi. Sedangkan mahasiswa lainnya meneriakkan tentang kebebasan berbicara. 

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement