REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Perdana Menteri Irak Mohammed Shia al-Sudani melakukan pertemuan dengan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei di Teheran, Selasa (29/11/2022). Pada kesempatan itu, al-Sudani menyampaikan komitmen bahwa pemerintahannya akan berusaha mencegah kelompok-kelompok tertentu di Irak yang ingin mengganggu keamanan Iran.
“Pemerintah kami bertekad untuk tidak mengizinkan kelompok atau pihak mana pun menggunakan wilayah Irak untuk merusak dan mengganggu keamanan Iran,” kata al-Sudani dalam konferensi pers bersama Presiden Iran Ebrahim Raisi, dilaporkan laman Al Arabiya.
Sebelum bertemu Khamenei, al-Sudani memang terlebih dulu melakukan pembicaraan dengan Raisi. Menanggapi janji al-Sudani terkait komitmen pemerintahannya mencegah kelompok tertentu di Irak mengganggu keamanan Iran, Khamenei masih meragukan hal tersebut. “Sayangnya, hal ini (gangguan keamanan terhadap Iran) terjadi saat ini di beberapa bagian Irak,” ujar Khamenei.
Khamenei pun mendesak al-Sudani mengambil kebijakan lebih keras. “Satu-satunya solusi adalah pemerintah Irak memperluas otoritasnya ke wilayah yang merusak keamanan Iran,” ucapnya mengacu pada wilayah otonomi Kurdistan di Irak.
Hubungan Iran dan Irak akhir-akhir ini telah dibekap ketegangan. Hal itu dipicu oleh serangan lintas batas yang dilancarkan Iran ke Irak. Serangan Teheran membidik kelompok-kelompok Iran-Kurdi di wilayah otonomi Kurdistan. Iran menuding mereka berperan dalam memantik kerusuhan yang terjadi di sela-sela gelombang unjuk rasa memprotes kematian Mahsa Amini. Aksi demonstrasi itu telah bergulir di Iran sejak September lalu dan masih berlangsung hingga kini.
Pekan lalu Iran telah mengirim surat ke Dewan Keamanan PBB untuk menjelaskan operasi serangan mereka ke Irak yang menargetkan kelompok pemberontak Kurdi. Teheran mengklaim serangan itu merupakan aksi pembelaan diri. “Iran baru-baru ini melakukan operasi melawan kelompok teroris di Irak utara karena tidak punya pilihan lain selain menggunakan hak alaminya untuk membela diri dalam kerangka hukum internasional guna melindungi keamanan nasionalnya,” tulis perwakilan tetap Iran untuk Dewan Keamanan PBB, 24 November lalu.
Dalam surat itu Iran mengatakan, baru-baru ini “kelompok-kelompok teroris” mengintensifkan kegiatan mereka dan secara ilegal mengirimkan senjata dalam jumlah besar ke Iran. Pengiriman senjata itu dimaksudkan untuk melakukan operasi teror. “Mereka menggunakan wilayah Irak untuk merencanakan, mendukung, mengorganisasi, dan melakukan tindakan (melawan Iran),” kata Iran dalam suratnya.
Teheran menuntut agar para pelaku kejahatan teroris diadili oleh pengadilan Iran. Selain itu, Iran juga meminta agar pusat komando kelompok teroris, termasuk pusat pelatihan mereka, ditutup. Iran pun menghendaki persenjataan mereka dilucuti.
Dalam suratnya, Iran menegaskan bahwa mereka menghormati penuh keamanan dan stabilitas Irak, termasuk integritas serta kedaulatan teritorialnya.